Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan pendidikan agama dan keagamaan mampu menjaga eksistensi Indonesia yang memiliki kearifan lokal sekaligus religius.

"Pendidikan agama itu penting. Karena nilai-nilai agama di dalam pendidikan ini mampu menjaga eksistensi ke-Indonesiaan, seperti masyarakat yang guyub, gotong royong, cinta tanah air dan memenuhi hak dan kewajiban dan kebajikan lainnya," kata Menag Lukman di Jakarta, Kamis.

Pendidikan agama dan keagamaan, kata Menag, juga menjadi perhatian pemerintah karena memberi peran dalam menjaga konteks ke-Indonesiaan. Alasannya, nilai-nilai agama terbukti telah menjadi faktor perekat keragaman bangsa bersama unsur lainnya seperti etnis, suku, budaya dan tradisi.

Menurut Menag, masyarakat Indonesia sejak dulu dikenal religius dan memegang nilai agama dalam mengatur kehidupan keseharian di tengah keragaman. Apapun etnisnya, masyarakat Indonesia dikenal sangat menjunjung tinggi nilai agama.

"Para pendiri bangsa begitu arif meletakkan agama sebagai perekat yang mampu menjaga keutuhan kita sebagai bangsa besar," katanya.

Kendati begitu, Menag mengakui terdapat kekurangan pendidikan agama dan keagamaan masih kurang di tapal batas terluar Indonesia.

Secara umum, penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah rata-rata masih kekurangan tenaga guru. Penyelenggaraan pendidikan di madrasah rata-rata kekurangan sarana dan prasarana, serta tenaga pendidik dan kependidikan. Sedangkan penyelenggaraan pendidikan keagamaan, khususnya Islam rata-rata kekurangan lembaga dan tenaga pendidik.

Dalam hal itu, Menag menyoroti tiga unsur penting dalam menguatkan pendidikan agama dan keagamaan di wilayah terluar Indonesia.

Pertama, pentingnya menjaga dan memelihara hal baik yang sudah dilakukan pemerintah dan sejumlah kalangan di luar pemerintah, seperti lembaga swadaya masyarakat yang beriringan bergerak untuk menguatkan lembaga pendidikan agama dan keagamaan.

Kedua, kata Lukman, pentingnya sinergitas, kerja sama, koordinasi antarkementerian dan lembaga negara serta institusi-institusi yang peduli terhadap upaya penguatan lembaga pendidikan agama dan keagamaan.

"Kita harus membangun kebersamaan dan memperkuat sinergi demi tujuan bersama. Tidak elok jika kita punya lembaga pendidikan agama dan keagaman yang bagus di perbatasan, tapi tidak ada listrik, tidak ada akses jalan, tidak ada sinyal dan lainnya," katanya.

Terakhir ketiga, upaya dan program apapun yang akan dilakukan harus melibatkan masyarakat. Dengan begitu, pembangunan yang akan dilakukan tidak utopis, tetapi riil dan membumi sesuai problem yang dihadapi.
"Pelibatan masyarakat setempat menjadi mutlak agar kesinambungan yang kita upayakan tetap terjaga dan terpelihara," kata Menag.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015