Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso mengapresiasi kesigapan Polri dalam mengatasi aksi serangan teroris yang terjadi di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1), bahkan mereka lebih baik dibandingkan kepolisian negara lain dalam mengatasi aksi teror.

"Kurang dari empat jam sudah clear. Sehingga, situasi di Jakarta dapat kembali normal. Dibandingkan negara lain, bisa butuh waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan (menanganinya)," kata Sutiyoso di kantornya di Jakarta, Jumat.

Sutiyoso meminta masyarakat tidak khawatir dan tetap menjalankan kegiatan sehari-harinya seperti biasa, meskipun tetap waspada dan dapat membantu aparat dalam memberikan informasi terkait hal-hal yang patut dicurigai di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.

Ia juga mengatakan, sejak awal BIN telah memberikan informasi kepada aparat keamanan mengenai sinyal akan adanya aksi serangan oleh kelompok teroris. Namun, keterbatasan wewenang yang dimiliki BIN dalam UU, acapkali membuat BIN kurang dapat bekerja maksimal.

BIN juga tak dapat memprediksi kapan waktu serangan akan dilakukan karena serangan teroris tidak mengenal ruang, waktu dan sasaran. Sehingga sulit untuk mendeteksinya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menuturkan, sinyal potensi aksi teror itu telah diberikan sejak November 2015 lalu. Saat itu, BIN menyebutkan jika ratusan alumni ISIS kembali ke Tanah Air.

Selain itu, kata dia, terdapat 423 mantan narapidana kasus terorisme yang telah dibebaskan. BIN, kata dia, juga mendeteksi adanya pelatihan-pelatihan oleh kelompok radikal.

"Mereka yang kembali ke Tanah Air ini kan menyebar ke berbagai daerah. Dan kita juga sudah informasikan ke BIN daerah mengenai hal tersebut guna dilakukan monitoring," ujar Bang Yos, sapaan Sutiyoso.

Menurut dia, dari hasil monitoring yang dilakukan, sempat diketahui jika akan terjadi kemungkinan aksi serangan teroris pada 9 Januari 2016. Namun kenyataannya, aksi tersebut tidak terjadi.

"Tapi akhirnya ya itu tadi, serangan teroris tidak mengenal ruang dan waktu. Dan kesulitan ini juga dialami oleh negara-negara lain seperti AS, Thailand, Turki dan Perancis. Di sana bahkan, obyek vital sudah dijaga ketat tapi ternyata aksi teroris dilakukan di tempat konser/hiburan," kata Bang Yos.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016