Kita optimistis terhadap perekonomian nasional, karena ada kesempatan untuk mengubah pola ekspor ke Tiongkok dan kita bisa mencari partner FDI (foreign direct investment) juga dari Tiongkok,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan investasi langsung dari Tiongkok harus direalisasikan karena dampaknya dalam jangka panjang bisa membantu peningkatan ketahanan perekonomian nasional terhadap perlambatan.

"Kita optimistis terhadap perekonomian nasional, karena ada kesempatan untuk mengubah pola ekspor ke Tiongkok dan kita bisa mencari partner FDI (foreign direct investment) juga dari Tiongkok," katanya di Jakarta, Rabu.

Menkeu menjelaskan saat ini Tiongkok sedang mengubah pendekatan ekonominya dari yang berbasis investasi ke berbasis konsumsi, sehingga sedikit mengalami perlambatan ekonomi sejak tahun lalu.

Perubahan pendekatan itu, kata dia, terjadi karena Tiongkok memiliki sarana infrastruktur yang memadai untuk mendukung perekonomiannya, padahal negara itu masih memiliki dana yang cukup besar untuk investasi dalam bidang infrastruktur.

"Ekonomi China tetap kuat, meskipun ada perlambatan dan pembentukan AIIB sudah membuktikan itu. Mereka juga tidak perlu membangun jalan tol atau pembangkit listrik karena semua sudah tersedia, padahal mereka punya uang dan tidak punya obyek untuk investasi dalam negeri," ujar Menkeu.

Kelebihan dana Tiongkok dalam sektor investasi itulah yang bisa dimanfaatkan oleh negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk membangun sarana infrastruktur dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"Mereka sudah over investment, makanya strategi kita ke Tiongkok mengubah dari perdagangan ke investasi. Kita harus mengundang FDI, karena meskipun nilai perdagangan Indonesia dan China sangat tinggi, tapi FDI China di Indonesia masih rendah," kata mantan Dekan FE UI itu.

Menurut Menkeu, meskipun investasi Tiongkok tercatat menjadi salah satu pemodal asing di Indonesia, namun realisasinya masih jauh dari harapan, sehingga pekerjaan rumah selanjutnya adalah mendorong komitmen investasi dari negara tersebut.

"Tantangannya adalah implementasi komitmen China, karena sedikit yang terealisasi. Saat ini realisasi investasi Jepang di Indonesia masih nomor satu diikuti Taiwan dan Singapura. China masih dibawah mereka, artinya minat investor China masih rendah, dan realisasinya terbatas," jelasnya.

Menkeu menambahkan upaya untuk memancing investor asal Tiongkok idealnya bukan hanya dilakukan oleh pemerintah namun juga sektor swasta yang bisa bermanfaat sebagai mitra kerja dari para investor itu.

"Ini juga membutuhkan peran swasta, karena salah satu penyebab suksesnya FDI adalah adanya mitra kerja yang bisa dipercaya di Indonesia yang bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan dan minat berinvestasi di Indonesia," katanya.

Menkeu mengatakan menjaga hubungan ekonomi dengan Tiongkok dan mengundang investasi dari negara tersebut sangat penting, karena Tiongkok saat ini merupakan salah satu negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di di dunia.

"China saat ini mempunyai PDB terbesar kedua di dunia, dan Indonesia berpotensi masuk sepuluh besar ekonomi dunia. Makanya kalau hubungan Indonesia-China makin kuat, dampaknya tidak hanya untuk kedua negara tapi juga secara global," jelasnya.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016