Puluhan pelajar di Jorong Talakiak, Nagari Ranah Pantai Cermin, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, nyaris bertaruh nyawa, baik ketika berangkat maupun pulang sekolah.

Mereka harus melewati jembatan gantung yang mendadak miring dihantam banjir bandang yang menerjang daerah itu 8 Februari lalu, tak terkecuali Shaidan Fori Ikbal, murid kelas IV SDN 01 Ranah Pantai Cermin, Kecamatan Sangir Batang Hari.

Fori, panggilan akrab Shaidan, pucat pasi. Keringat dingin membasahi dahi untuk kemudian menetes ke keningnya. Sebentar-sebentar, tangan kanan bocah berumur sepuluh tahun itu mengusap keringat yang deras menetes hingga membasahi pipinya. Tatapannya kosong.

"Takut pak. Tangan saya sampai gemeteran," katanya usai meniti jembatan gantung Jorong Talakiak saat pulang sekolah, Senin siang itu.

Fori dan teman-teman sekampungnya harus meniti jembatan gantung yang miring hingga 45 derajat akibat salah satu pondasinya dihantam arus deras Sungai Batang Sangir.

Untuk mengurangi takut, Fori berangkat dan pulang sekolah bersama rekan-rekannya. "Kalau ramai-ramai, saya sedikit tenang. Selain itu, kami juga dibimbing oleh orang tua," katanya.

Jarak dari kampung ke sekolah Fori berkisar 1,5 kilometer. Dia, dan juga kawan-kawannya, berjalan kaki ke sekolah.

Agar sampai dengan selamat menyeberangi sungai selebar 80 meter itu, dia harus berpegangan pada kawat penyangga jembatan. Lengah sedikit, sungai sedalam lebih dari tiga meter itu bisa menjadi ancaman untuk nyawanya.

Sejak banjir bandang menghantam daerah yang berjarak sekitar 200 kilometer arah selatan Kota Padang itu, murid-murid SDN 01 Ranah Pantai Cermin asal Talakiak baru bisa mengikuti proses belajar mengajar empat hari setelah bencana itu, Jumat 12 Februari lalu.

"Usai dihantam air bah Senin lalu jembatan tersebut tidak bisa dilalui karena pondasi tercabut hingga merenggang sekitar 1,5 meter," kata Kepala SDN 01 Ranah Pantai Cermin Feri Agusman.

Tidak ada jalan alternatif

Sejumlah kayu papan yang menjadi alas jembatan pun berjatuhan ke sungai yang berada sekitar lima meter di bawahnya. Bahkan untuk melewati jembatan, penduduk harus membuat tangga agar bisa mencapai pangkal jembatan.

"Pada Selasa hingga Kamis pekan lalu, murid kami yang berasal dari Talakiak diberi keringanan untuk tidak sekolah karena kondisi jembatan waktu itu memang tidak memungkinkan dilewati anak-anak," kata Feri Agusman.

Setelah diperbaiki sementara oleh warga Jorong yang dihuni sekitar 150 jiwa itu, akhirnya jembatan yang menjadi akses utama penghuni Jorong Talakiak bisa dilewati Jumat pekan lalu.

Meskipun sudah bisa dilewati, Feri menyebutkan, menempuh jembatan miring itu menimbulkan trauma bagi murid-muridnya, terutama kelas rendah, yakni kelas 1 hingga kelas 3.

"Murid kami yang berasal dari Talakiak sekitar 23 orang. Untuk siswa kelas rendah sekitar delapan orang," kata Feri.

Menurut Kepala Dusun Jorong Talakiak M. Rizal, memang belum ada sekolah di dusunnya. Akibat, anak-anak dari dusun ini mesti bersekolah di daerah lain.

"Semisal sekolah dasar (SD), sekitar 20 siswa dari Talakiak harus mencari ilmu di SDN 01 Sangir Batang Hari yang jaraknya lebih dari satu kilometer," kata Rizal.

Tidak saja siswa SD, bahkan anak-anak PAUD dari Talakiak juga mesti disekolahkan di luar jorong yang dihuni 30 kepala keluarga itu.

"Anak kami yang sekolah PAUD di luar Talakiak sebanyak tujuh orang," katanya.

Kini, selain harus  bertaruh nyawa, para orang tua di Talakiak juga mesti mengeluarkan uang saku lebih.

"Tidak ada jalan alternatif, jembatan gantung jalur utama menuju jalan raya. Anak-anak kami yang sekolah sekarang dua kali naik kendaraan agar bisa sampai ke sekolah. Untung kalau ada teman yang bisa ditumpangi, kalau tidak ada tentunya harus naik ojek," kata Rizal.

Ia berharap pemerintah daerah segera memperbaiki jembatan itu. "Kami ingin anak-anak bisa belajar dengan tenang, tanpa dihantui rasa was-was."

Jangan biarkan rusak

Kepala Dinas Pendidikan Solok Selatan Fidel Efendi mengaku telah mengusulkan kepada pemerintah pusat mengenai perbaikan jembatan Talakiak.

"Saya tahu baru Selasa pagi (16/2). Jika ingin dipindahkan ke sekolah terdekat, di Talakiak tidak ada sekolah," kata Fidel.

Fidel masih menunggu perintah bupati, selain akan melaporkannya ke Posko Banjir dan Longsor Solok Selatan.

Mengenai hal itu pula, Wakil Ketua DPRD Solok Selatan Armen Syahjohan meminta pemerintah daerah ini untuk memasukkan rehabilitasi jembatan gantung Talakiak sebagaui prioritas pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Jembatan yang rusak itu jangan dibiarkan berlama-lama rusak. Selain itu, jembatan tersebut juga merupakan akses ekonomi mereka," kata Armen.

Tetapi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Solok Selatan Editorial menyatakan pembangunan kembali infrastruktur yang rusak akibat banjir bandang itu masih menunggu masa rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Untuk saat ini masih tanggap darurat. Yang bisa kami lakukan adalah upaya penanggulangan dini, seperti pembuatan jalan sementara, jembatan sementara," kata Editorial.

Sedangkan untuk pembangunan permanen, katanya, masih ada tahap yang perlu dilalui, seperti transisi pemulihan dan baru rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Di masa rehab ini baru kami lakukan pembangunan infrastruktur yang rusak akibat banjir bandang ini," kata dia.

Dia menyebutkan seluruh infrastruktur yang rusak akibat banjir bandang telah dilaporkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Sementara Sekretaris Daerah Solok Selatan Yulian Efi menyebutkan perlu waktu dua hingga tiga tahun untuk membangun kembali infrastruktur yang rusak akibat banjir bandang itu.

Kini warga setempat hanya bisa menunggu dan mengharapkan pihak berwenang segera memperbaiki jembatan yang menjadi penghubung daerah mereka agar bisa terus menjalankan aktivitas sehari-hari dengan lancar dan tenang.

Oleh Ikhwan Wahyudi dan Joko Nug
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016