Bojonegoro (ANTARA News) - Disnakertransos Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyebutkan ada sekitar 600 tenaga kerja yang sekarang menganggur akibat dihentikannya pasokan minyak mentah ke kilang di Desa Sumengko, Kecamatan Kalitidu, sejak 20 januari lalu.

"Di kilang minyak milik PT Tri Wahana Universal (TWU) ada sekitar 200 tenaga kerja dan di luar dari armada angkutan bahan bakar minyak sekitar 400 tenaga kerja, yang menggangur," kata Kepala Disnakertransos Bojonegoro Adi Witjaksono di Bojonegoro, Jumat.

Ia menyatakan hal itu setelah bertemu dengan perwakilan armada angkutan truk pengangkut bahan bakar minyak (BBM), jajaran Manajemen TWU, dan Camat Kalitidu Naniek Lusetyo.

Pemkab, menurut dia, tidak bisa berbuat banyak menghadapi penghentian pasokan ke kilang minyak, yang mengakibatkan menganggurnya tenaga kerja di TWU, juga warga yang terlibat di armada angkutan BBM.

"Yang berwenang memberikan pasokan minyak ke TWU di Kementerian ESDM dan SKK Migas," jelas dia.

Meski demikian, pemkab mengharapkan dialirkannya kembali pasokan minyak ke TWU agar warga bisa bekerja kembali.

Pada kesempatan itu, seorang pengusaha angkutan truk BBM di Kecamatan Kalitidu, Budi, menjelaskan bahwa berhentinya kilang minyak yang dikelola TWU mengakibatkan dirinya rugi sekitar Rp1 miliar karena tidak ada pemasukan.

"Saya merugi sekitar Rp1 miliar, karena harus membayar uang cicilan pembelian mobil ke bank berikut bunganya," ucapnya.

Camat Kalitidu Nanik Lusetyo menambahkan bahwa dampak lainnya dengan berhentinya TWU mengolah minyak mentah antara lain turunnya penghasilan warga di sekitar kilang.

Ia mencontohkan, pengusaha cuci mobil yang biasanya bisa mencuci 20 mobil per hari, turun hanya sekitar lima mobil per hari.

"Penghasilan penjualan makanan dan minuman juga ikut menurun," ucapnya.

Direktur PT TWU Rudy Tavinos, sebelumnya menyatakan belum tahu kapan TWU kembali beroperasi karena masih menunggu penetapan harga jual minyak mentah di mulut sumur minyak Blok Cepu.

Manajemen TWU, katanya, sudah pernah melakukan pembicaraan dengan Kementerian ESDM dan SKK Migas terkait harga jual minyak di mulut sumur, sekitar sebulan lalu.

"Kami diminta menunggu pemerintah menetapkan harga jual minyak di mulut sumur," ucapnya.

Ia menambahkan harga jual minyak mentah di mulut sumur sudah empat kali mengalami perubahan selama TWU beroperasi sejak lima tahun lalu.

"TWU selalu menyepakati harga jual minyak mentah di mulut sumur yang ditetapkan pemerintah," tandasnya.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016