Ankara, Turki (ANTARA News) - Jumlah korban tewas dalam serangan bom mobil di ibukota Turki, Ankara, meningkat menjadi 37 orang, kata Menteri Kesehatan Turki, Mehmet Muezzinoglu, Senin, dengan menambahkan, 71 orang masih dirawat di rumah sakit.

Dari yang masih dirawat di rumah sakit, 15 orang berada dalam keadaan gawat, katanya kepada wartawan.

Serangan pengeboman pada Minggu itu adalah serangan sejenis kedua di jantung pemerintahan kota dalam satu bulan terakhir. Sementara itu dua pejabat keamanan senior mengatakan bahwa temuan awal menunjukkan kelompok milisi Partai Pekerja Kurdistan (PKK) sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Turki, salah satu anggota NATO, menghadapi banyak ancaman keamanan. Sebagai bagian dari koalisi pimpinan Amerika Serikat, Turki memerangi IS di negara tetangganya, Suriah dan Irak. Turki juga memerangi anggota PKK di bagian tenggara negaranya, tempat gencatan senjata 2,5 tahun ambruk pada Juli lalu, sehingga memicu kerusuhan terburuk sejak 1990-an.

Pemboman itu terjadi dua hari setelah Kedutaan Besar Amerika Serikat di Ankara mengeluarkan peringatan ada keterangan mengenai potensi serangan terhadap gedung pemerintah di Daerah Bahcelievler, Ankara, sekitar satu kilometer dari lokasi ledakan.

Amerika Serikat mengutuk serangan tersebut, dan mengatakan di dalam satu pernyataan Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, "Serangan kejam ini adalah satu dari banyak serangan teror yang dilakukan terhadap rakyat Turki. Amerika Serikat mendukung Turki, sekutunya di dalam NATO dan mitra yang berharga, saat kami menghadapi momok teror".

Muezzinoglu mengatakan 30 di antara korban tewas di tempat ledakan itu, sedangkan sisanya meninggal di rumah sakit.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016