Jakarta (ANTARA News) - Munculnya fenomena calon-calon kepala daerah melalui jalur perseorangan dikarenakan publik "gerah" dengan metode pencalonan dari jalur partai politik, kata Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesian Corruption Watch Donald Fariz.

"Munculnya calon-calon independen merupakan kritik keras dan tamparan partai politik yang sarat nepotisme dan ada mahar politik," kata Donald di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan terdapat sejumlah kasus dalam pengusungan calon kepala daerah dari parpol yang kental dengan nepotisme antara calonnya dengan ketua umum partai.

"Misalkan ada seorang kepala daerah dekat dengan ketua umum partai, kemudian dia memiliki anak mendapat kartu eksklusif untuk pencalonan kepala daerah," ujarnya.

Menurut dia, kedekatan seseorang dengan para petinggi partai dapat memengaruhi dalam pencalonan kepala daerah.

Selain nepotisme, Donald Fariz menyebut pengusungan calon dari parpol banyak meminta mahar politik. Hal tersebut, kata dia, membuat seseorang yang berkualitas dan berniat memimpin suatu daerah mengundurkan diri.

Ia menilai fenomena lahirnya calon perseorangan dikarenakan oleh tidak adanya kandidat dari internal partai yang dinilai berkualitas dan mampu memimpin suatu daerah.

Donald juga menyebut munculnya pemimpin-pemimpin yang berkualitas dan disukai oleh rakyat juga tidak lahir dari dalam parpol, melainkan eksternal yang kemudian mendapat dukungan parpol.

"Seperti Ridwan Kamil Wali Kota Bandung dia lahir di luar rahim partai politik," kata dia.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016