Jakarta (ANTARA News) - Setelah setahun lebih beberapa hari sejak Germanwings penerbangan 9525 kecelakaan fatal berlatar pembajakan oleh kopilot-nya dalam penerbangan dari Barcelona ke Dusseldorf, Jerman, pada 24 Maret 2015; kini terjadi lagi pembajakan pesawat terbang sipil. 




Selasa tadi pagi waktu Indonesia, pesawat terbang flag carrier Mesir, Egypt Air, nomor penerbangan MS181 dibajak dalam penerbangan domestik Aleksandria-Kairo. 




Egypt Air MS181 dengan 81 orang di dalamnya, termasuk dua pilot dan tiga awak kabin, dipaksa mendarat di Bandara Internasional Larnaka, Siprus. Sejauh ini dikabarkan semua penumpangnya didaratkan. 




Pembajakan pesawat terbang digolongkan ke dalam kejahatan serius oleh dunia, dan dinyatakan demikian oleh berbagai organisasi aviasi dunia, di antaranya ICAO. Catatan sejarah tentang pembajakan pesawat terbang di udara dan darat ini telah didokumentasikan sejak dasawarsa ’30-an, masa dimana pesawat terbang berpenumpang banyak mulai diterbangkan secara komersial. 




Majalah LIFE edisi 11 Agustus 1972 menempatkan reportase dan kisah tentang pembajakan udara ini secara khusus. Masa itu juga dikenal sebagai dasawarsa subur pembajakan udara (’60-an-’80-an), dengan pertumbuhan industri penerbangan secara masif di Eropa dan Amerika Utara. 




Negara-negara di belahan dunia inilah yang banyak berkecimpung dengan percaturan politik dunia. 




Berikut adalah kasus-kasus pembajakan pesawat terbang fenomenal di dunia sejak dasawarsa ’60-an.  




1. Catatan pertama adalah pada 1968, saat pesawat terbang El Al (flag carrier Israel) nomor penerbangan 426 dibajak tiga pejuang Front Perbebasan Palestina. Rute seharusnya adalah dari London ke Roma yang kemudian dibelokkan ke Aljir, Algeria, negara yang telah menyatakan status perang dengan Israel sejak 1967. 




Tahun itulah Perang Mesir-Arab terjadi dan makin mengeraskan penentangan kepada Israel bagi negara-negara Maghribi. 




Pada pembajakan ini, 10 awak pesawat terbang termasuk para pilot dan 12 penumpang berkebangsaan Israel disandera namun semua penumpang non Israel dibebaskan.  Diperlukan 40 hari perundingan dan negosiasi untuk mencapai kesepakatan dengan hasil akhir semua sandera dibebaskan sementara pembajak juga ditangkap hidup-hidup. 




2. Pembajakan pesawat terbang di Lapangan Dawson pada 1970. Pada hari itu, empat pesawat terbang bisa dibajak bersamaan oleh milisi PFLP bersenjata, yang memaksa dua di antara empat pesawat terbang itu diterbangkan ke Lapangan Dawson di tengah gurun Jordania. 




Seluruh 310 penumpangnya dibebaskan pembajak namun penumpang berkebangsaan Israel dan 56 awak pesawat terbang disandera. Di tengah negosiasi, pembajak meledakkan satu pesawat terbang yang telah dikosongkan. 




Tuntutan pembajak adalah pengembalian jenasah Patrick Arguello dan Leila Khaled, yang masih ditahan. Pasangan Arguello-Khaled ini gagal dalam pembajakan El Al nomor penerbangan 219 dan ditangkap. Inilah yang menjadi pemicu Black September terjadi, yang juga disumbang dari konflik antara Raja Hussein dari Jordania yang berasal dari wangsa Hashemite dengan Palestina. 




3. Air France nomor penerbangan 139 pada 1976. Enam tahun pasca Lapangan Dawson, dua anggota PFLP dan dua anggota Sel Revolusioner Jerman membajak Air France nomor penerbangan 139 dalam penerbangannya dari Athena ke Paris. Benghazi di Libya —Letnan Kolonel Moammar Khadafy baru mengambil alih kekuasaan di Libya— menjadi tujuan dan mereka mendarat di sana. 




Di sana mereka membebaskan para perempuan penumpang dan anak-anak, sementara 247 penumpang dan 12 awak pesawat terbang itu tetap ditahan, dan pesawat terbang diterbangkan ke Entebbe, Uganda, yang dipimpin Idi Amin sang diktator. 




Di Entebbe inilah empat pembajak lain bergabung dan tuntutan diutarakan terbuka: bebaskan 40 pejuang Palestina yang dittahan di Israel dan di 13 negara lain. Sandera akan dibunuh satu demi satu jika tuntutan tidak dikabulkan. 




Di sinilah lalu Letnan Kolonel Yonathan Netanyahu (abang kandung bekas Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu) ditunjuk untuk memimpin Operasi Entebbe. 




100 personel pasukan komando Israel disiapkan dari Tel Aviv, Israel, untuk Operasi Entebbe itu. Hasil akhirnya sangat mengesankan, 102 dari 105 penumpang selamat dan korban jiwa di pasukan komando Israel cuma satu, yaitu sang komandan, Letnan Kolonel Yonathan Netanyahu. Selain dia, 45 tentara Uganda tewas. 




4. Lufthansa nomor penerbangan 181 pada 1977. Saat sudah mengudara dalam penerbangan Palma de Mallorca (Spanyol) ke Frankfurt, Jerman, Lufthansa 181 dengan 86 penumpang dan lima awak pesawat terbang, dibajak anggota PFLP, yang menamakan diri Komando Martir Halime. 




Seorang pembajak menyerbu kokpit, mengancam tembak pilot, dan memaksa pesawat terbang dialihkan ke Larnaka, Siprus, walau akhirnya dialihkan ke Roma karena bahan bakar hampir habis. 




Setelah terbang lagi ke Siprus, Bahrain, Dubai, dan Aden, Lufthansa 181 itu mendarat di Mogadishu, Somalia. Di sinilah kemudian Operasi Feuerzauber diperintahkan menumpas teroris, dengan polisi anti teroris Jerman Barat, GSG-9, menjadi aktornya dengan di bawah komando Letnan Kolonel Ulrich Wegener. 




Dua pembajak tewas dan yang lain-lain luka serius sementara 86 sandera selamat semuanya. Inilah salah satu model dan bahan kajian operasi pembebasan sandera di dunia yang dipelajari hingga kini. 




5. Malaysia Airlines nomor penerbangan 653 pada 1977. Dasawarsa ’70-an hingga ’80-an memang dasawarsa yang sangat sering pembajakan pesawat terbang terjadi di mana-mana. Pembajakan Malaysia Airlines nomor penerbangan 653 pada 1977 ini masih menyisakan misteri hingga tiga dasawarsa kemudian. 




Tidak berapa lama selepas tinggal landas dari Penang ke Kuala Lumpur, kapten pilot GK Ganjoor mengumumkan terjadi “pembajakan tidak diketahui” yang turut dalam penerbangan itu. 




Kemudian Ganjoor juga mengumumkan mereka lanjut ke Singapura hingga tiba-tiba jalur komunikasi terputus dan pesawat terbang jatuh di Kampung Ladang, Tanjung Kupang, menewaskan semua dari tujuh awak pesawat terbangnya dan ke-93 penumpangnya. 




Termasuk di dalam daftar penumpang itu adalah Menteri Pekerjaan Umum Malaysia, Mahfudz Khalid, Menteri Pertanian Malaysia, Ali Haji Ahmadand, dan Duta Besar Kuba untuk Jepang, Mario Garcia. 




Beberapa pihak diperkirakan bertanggung jawab atas pembajakan Malaysia Airliner nomor penerbangan 653 itu, di antaranya Tentara Merah Jepang. 




6. TWA nomor penerbangan 874 pada 1985. Enam anggota Hisbullah dan Jihad Islam bertanggung jawab atas pembajakan TWA nomor penerbangan 847 selama dua pekan itu. Baru saja lepas-landas dari Athena ke Roma, pesawat terbang itu dibajak dan dialihkan ke Beirut, di mana 19 penumpang dibebaskan, dan kemudian ke Algier, di mana 20 penumpang lain dilepaskan. 




TWA nomor penerbangan 874 itu lalu kembali ke Beirut di mana pembajak menyiksa hingga menembak mati penyelam Korps Zeni Angkatan Laut Amerika Serikat, Robert Stethem, yang kemudian jenasahnya dibuang begitu saja. 




Tujuh penumpang berkebangsaan Amerika Serikat dengan penumpang lain yang memiliki nama beraroma Yahudi juga diturunkan di Beirut. TWA 874 terbang lagi ke Algiers dimana 65 penumpang dibebaskan, untuk kembali ke Beirut. 




Tuntutan pembajak ada beberapa, termasuk pembebasan kelompok Kuwait 17, yang terlibat dalam pemboman Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kuwait. Setelah proses perundingan dan pembebasan, 40 sandera bisa dibebaskan tanpa luka. 




7. EgyptAir nomor penerbangan 648 pada 1985. Diingat publik sebagai pembajakan pesawat terbang paling mengerikan dan berdarah, pembajakan EgyptAir nomor penerbangan 648 ini menjadi monumen tentang bagaimana pihak berwenang jangan tunduk pada tuntutan teroris. 




Setelah tiga anggota Organisasi Abu Nidal dari Palestina mengambil alih pesawat terbang tujuan dari Athena ke Kairo, otoritas keamanan Mesir mulai melepaskan tembakan yang menewaskan seorang pembajak. 




Sebagai balasan, pembajak menembaki pasukan Mesir. Walhasil badan pesawat terbang bolong-bolong dan pilot dipaksa menurunkan ketinggian agar semua orang bisa bernafas lagi. 




Dengan bahan bakar menipis, pesawat terbang mendarat di Malta sekalipun tidak dapat ijin dari pemerintah Malta. 11 penumpang dan dua awak kabin yang terluka dibebaskan di sana. 




Namun pendekatan keras dari Perdana Menteri Malta, Karmenu Bonnici, malah mendorong dua penumpang berkewarganegaraan Amerika Serikat dieksekusi. Kerja tidak becus dari pasukan komando Mesir hanya menghasilkan kekacauan baik dari pasukan komando itu ataupun dari teroris. 




Hasil serbuan pasukan komando Mesir itu, 56 dari 88 penumpang tewas; dari keseluruhannya 60 dari 92 penumpang yang ikut dalam penerbangan itu sejak awal tewas. 




8. Pan Am penerbangan 73 pada 1986. Dalam persiapan lepas landas dari Frankfurt menuju Karachi, Pakistan, empat anggota Organisasi Abu Nidal, menyamar sebagai anggota pasukan pengamanan Bandara Internasional Karachi, yang bersiap juga untuk membajak Pan Am nomor penerbangan 73. Awak pesawat terbang melarikan diri dari jendela di kokpit, dan mendaratkan pesawat terbang. 




Seorang penumpang berkebangsaan Amerika Serikat keturunan India ditembak mati setelah tuntutan agar awak pesawat terbang yang kabur itu kembali tidak dipenuhi mereka. 




Kemudian, saat pesawat terbang ada dalam kegelapan malam tanpa mesin menyala, pasukan Pakistan bersiap menyerbu, dan granat kejut diledakkan sebagai tanda serbuan dimulai. 




Akhir kisah, 20 penumpang dibunuh namun banyak juga yang bisa diselamatkan, yang juga disumbang karena keberanian awak kabin berusia 22 tahun, Neeja Banot, yang menolong mereka keluar dari dalam kabin pesawat terbang sekaligus menjadi tameng bagi tiga anak yang ditembaki teroris. 




9. Iraqi Airways nomor penerbangan 163 pada 1986. Keamanan penerbangan menjadi prioritas penting di Timur Tengah pada pertengahan dasawarsa ’80-an. Masa-masa itu pembajakan pesawat terbang sangat sering terjadi. 




Pesawat terbang Iraqi Airways nomor penerbangan 163 yang terbang pada jalur Baghdad-Amman dengan 91 penumpang dan 15 awak pesawat terbang, dibajak empat lelaki yang berafiliasi dengan Hisbullah. 




Petugas keamanan yang ada di dalam penerbangan itu berusaha melumpuhkan kawasan teroris, tetapi granat terlanjur diledakkan, menyebabkan pesawat terbang itu jatuh di Arar, Arab Saudi. 60 penumpang dan tiga awak pesawat terbang tewas. 




10. Ethiopian Airlines nomor penerbangan 961 pada 1996. Tanpa sengaja direkam pasangan yang berbulan madu di Kepulauan Komoro, video proses kejatuhan dan kecelakaan Ethiopian Airlines nomor penerbangan 961 mengejutkan dunia. 




Pesawat terbang itu dibajak oleh tiga warga negara Ethiopia yang panik dan tidak terorganisasi, yang mencari suaka politik ke Australia. Akhir dari penerbangan itu adalah 122 dari 172 penumpang dan awak pesawat terbangnya tewas. 

Oleh Ade P Marboen
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016