... "Masyarakat digital (digital society) adalah realitas hidup di abad 21, dan Indonesia adalah contoh bagaimana komunitas digital mengubah banyak sektor dalam kehidupan...
Adelaide, Australia (ANTARA News) - Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Kesoema, di kampus Universitas Flinders, Adelaide, Jumat, menegaskan, Indonesia hari ini dan pada masa mendatang merupakan masyarakat digital dengan transformasi di berbagai sektor.

"Masyarakat digital (digital society) adalah realitas hidup di abad 21, dan Indonesia adalah contoh bagaimana komunitas digital mengubah banyak sektor dalam kehidupan," kata Kesoema, dalam sesi pembukaan Konferensi Internasional Pelajar Indonesia 2016 oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia.

Ia bercerita di kawasan timur Indonesia kini sudah banyak siswa SMA yang sudah memiliki telepon android dan terkoneksi internet. 

"Komunitas digital saat jauh lebih besar daripada transformasi di sektor perbankan, pendidikan, dan layanan pemerintah. Kita akan melihat Indonesia di masa yang akan datang sebagai masyarakat yang melek digital, dan penggerak utama dari proses ini adalah kelompok usia milenial," katanya.

Kesoema yang bertugas di Canberra sejak 2012 itu juga memaparkan data pemanfaatan Internet di Indonesia. Dengan populasi 250 juta orang, 88 juta orang di antaranya aktif berinternet dan 79 juta orang Indonesia tercatat aktif di media sosial.

Selain kehidupan sosial dan komunikasi personal, masyarakat digital juga mewarnai strategi diplomasi pemerintah.

"Diplomasi digital juga sedang dikembangkan Kementerian Luar Negeri Indonesia. Diplomasi digital bermakna lebih banyak komunikasi langsung, mengurangi halangan bagi kementerian dan para pemangku kepentingan dalam berdiplomasi," kata dia.

Ia juga mencontohkan pola komunikasi arahan dari Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, kepada delegasi kedutaan Indonesia di berbagai negara, "Pengarahan dari menteri luar negeri kini sering secara langsung lewat sosial media."

Lebih dari itu, saat ini diplomat Indonesia juga didesak lebih aktif tidak hanya berbicara tapi juga mendengarkan publik yang lebih luas lewat diplomasi digital.

Pewarta: Ella Syafputri
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016