... Pak Boediono pasti lebih tahu ...'
Bandung (ANTARA News) - Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (JK) menilai Presiden RI periode 2001-2004 Megawati Soekarnoputri layak mendapat anugerah gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa/HC) karena berhasil melalui ujian selama masa kepemimpinan sebagai kepala negara dan pemerintahan negeri ini.

"Penghargaan pada pagi hari ini adalah sangat pantas dianugerahkan. Beliau sebagai presiden telah melalui tugas-tugas dengan baik, karena seseorang mendapat penghargaan apabila telah melalui ujian," kata Wapres Kalla  dalam sambutan Penganuerahan Gelar Doktor HC dari Universitas Padjadjaran (Unpad) kepada Megawati di Bandung, Rabu.

Sejak masa transisi dari Orde Baru ke reformasi, Wapres menilai, Indonesia telah melalui masa krisis, khususnya di bidang ekonomi.

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat di bawah kepemimpinan Presiden Megawati (2001--2004) itu menjelaskan, sejak 2000 Indonesia melalui masa krisis karena utang pemerintah banyak dan pertumbuhan ekonomi melemah.

Selain itu, Wapres JK mengemukakan, secara sosial dan politik, maka Indonesia mengalami konflik terbanyak sepanjang sejarah bangsa.

Konflik sosial terjadi mulai dari Papua, Ambon, Poso, Aceh maupun Kalimantan, dan jumlah pengungsi pada waktu itu mencapai 1,7 juta orang di Indonesia.

"Di bawah kepemimpinan beliau, waktu itu semua dapat selesai bersamaan dengan perekonomian yang sulit," ujar Wapres.

Wapres membandingkan kondisi perekonomian Indonesia pada masa itu jauh lebih sulit dibandingkan tahun ini, namun pertumbuhan ekonomi yang terjadi di masa itu dan masa kini tidak jauh berbeda.

"Pada waktu itu anggaran tidak lebih dari Rp400 triliun, Pak Boediono pasti lebih tahu, dibandingkan dengan Rp2.000 triliun pada dewasa ini, tetapi pertumbuhannya ternyata hampir sama," ujar Wapres Kalla.

Sejumlah pejabat di era Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Kerja turut hadir dalam acara penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa di Bidang Politik dan Pemerintahan untuk Megawati di Unpad, Bandung.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016