Jakarta (ANTARA News) - Pakar Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Faisal Basri, menilai iklan rokok berisi pesan yang mampu menyesatkan masyarakat khususnya kalangan remaja.

"Iklan-iklan ini mampu menciptakan kesan bahwa merokok itu gagah, jantan, fantastik, dan sebagainya. Remaja yang menonton jadi tergoda, ingin mencoba rokok," ujar Faisal dalam sebuah agenda di Jakarta, Selasa.

Oleh sebab itu, Faisal pun menuding meningkatnya jumlah perokok di Indonesia pada umur remaja disebabkan gencarnya iklan rokok yang mengandung pesan manipulatif di media elektronik.

Meskipun Kementerian Perindustrian menyatakan produksi rokok menurun, namun jumlah konsumen rokok di kalangan remaja justru meningkat, ujar Faisal menambahkan.

"Saya juga heran kenapa perusahaan rokok begitu mudahnya memasang iklan di media masa, hampir tidak kenal waktu untuk ti televisi," tuturnya menegaskan.

Dia memaparkan, sebanyak 74 persen pria di Indonesia telah menjadi perokok dan menjadi negara yang memiliki jjumlah perokok pria terbanyak di dunia.

"Lalu peningkata jumlah perokoknya menjadi kedua di dunia setelah Yordania, ini karena saking mudahnya peredaran rokok di sini," kata Faisal menambahkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, staf ahli Kependudukan Kemenko bidang Pembangun Manusia dan Kebudayaan RI, Sonny Harry B. Harmadi, mengatakan bahwa konsumsi rokok di seluruh dunia dalam satu hari termasuk sebagai pemborosan yang sangat tinggi.

Dalam sebuah diskusi di Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta, Selasa, dia memaparkan bahwa dalam satu tahun diproduksi sekitar 360 miliar batang rokok di seluruh dunia.

"Rata-rata sehari satu miliar (batang), kalau sebatang harganya Rp1.000 ya berarti pengeluaran untuk rokok di seluruh dunia mencapai Rp1 triliun per hari," ujarnya memaparkan.

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016