Manado (ANTARA News) - Wakil Ketua Asosiasi Petani Cengkih Indonesia (APCI) Sulut Adrian Sembel mengatakan penurunan harga cengkih seharusnya tidak terjadi.

"Hal ini sebab permintaan industri rokok secara nasional diperkirakan mencapai Rp120 ribu ton per tahun, sedangkan kemampuan petani hanya Rp75 ribu ton per tahun," kata Adrian di Manado, Selasa.

Dari hitung-hitungan permintaan cengkih industri rokok masih kurang, jadi sewajarnya harga cengkih harus naik," paparnya.

Karena itu, pihaknya mendorong Kementerian Perdagangan mengkaji ulang kebijakan membuka kran impor cengkih. Pasalnya hal ini yang ditenggarai melemahkan harga cengkih di berbagai daerah.

"Jadi bukan hanya di Sulut, di beberapa daerah panghasil cengkih juga harganya turun, makanya pemerintah harus tutup kran impor," katanya.

Masyarakat menyesalkan upaya pemerintah daerah mengenjot harga cengkih di Sulawesi Utara (Sulut) belum membuahkan hasil. Pasalnya hingga kini harga salah satu komoditas perkebunan itu masih tiarap di posisi Rp91.000 per kilogram (kg).

Seperti yang dikatakan Ventje Sumual salah satu petani cengkih asal Kabupaten Minahasa. Menurut dia, usaha pemerintah daerah menaikan harga cengkih di Sulut belum maksimal.

"Sudah bulan Desember belum ada tanda-tanda harga cengkih akan naik," ujarnya.

Padahal kata dia, kenaikan harga emas coklat tersebut sangat didambahkan kebanyakan masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Sebab menurut dia, rupiah dari hasil penjualan cengkih dapat membantu ekonomi masyarakat kecil serta diperlukan untuk merayakan Natal dan Tahun Baru.

"Bagaimana kami mau belanja kalau harga cengkih hanya Rp91.000 per kg. Kalau kami paksa jual kami akan rugi. Tapi kalau sudah di atas Rp100.000 per kg kami akan lepas," paparnya.

Menurut dia, pembelian cengkih di Kota Manado memang relatif cukup bagus. Akan tetapi jika dibandingkan di daerah kabupaten pembelian jauh lebih rendah.

"Kalau dijual di Manado harganya masih diatas Rp90 ribuan, tapi kalau di desa atau kecamatan hanya Rp85.000 per kg. Syukur-syukur kalau masih Rp87.000 sampai Rp88.000 per kg," jelasnya.

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016