Juba (ANTARA News) - Konflik berkepanjangan di Sudan Selatan telah membuat ribuan anak terpisah dari keluarga mereka sejak penghujung 2013, sehingga terancam mengalami pelecehan, kata Dana Anak PBB (UNICEF).

Anak-anak terus menderita akibat perang saudara di Sudan Selatan, yang meletus pada Desember 2013, kata Juru Bicara UNICEF Timothy Irwin kepada Xinhua di dalam wawancara di Juba pada Rabu (11/1).

"Sejak Desember 2013, 14.628 anak telah diidentifikasi dan didaftar sebagai tidak memiliki pendamping, terpisah, atau hilang, dan mereka menghadapi risiko pelecehan lebih lanjut karena terpisah dari keluarga," kata Irwin.

Sebagian anak telah kembali ke keluarga mereka.

"Hingga pertengahan Desember 2016, 4.563 anak telah disatukan kembali dengan keluarga mereka, dan 9.046 kasus masih aktif dan memerlukan perawatan sementara serta layanan pelacakan keluarga," kata Irwin.

UNICEF sebelumnya telah menuduh faksi yang berperang merekrut sebanyak 14.000 anak untuk dijadikan petempur.

Pada 2016, UNICEF dan mitranya mengakui 203.335 anak menderita gizi buruk akut dan menjalani program pemberian makanan obat, kata Irwin.

"Sebanyak 1,54 juta konsultasi kesehatan pengobatan diberikan pada 2016. Di antara mereka, 557.588 (36,2 persen) adalah anak-anak yang berusia di bawah lima tahun.

Malaria, diare dan infeksi akut saluran pernafasan berjumlah 74 persen dari semua konsultasi buat anak-anak yang berusia di bawah lima tahun," kata Irwin, sebagaimana dikutip Xinhua.

Ia menyatakan UNICEF akan meningkatkan upaya di Greater Bahr El Ghazal, Greater Eqautoria, Greater Upper Nile dan wilayah Unity --yang kebanyakan terpengaruh oleh konflik.

Ia mengatakan UNICEF menjangkau mereka yang memerlukan bantuan di daerah terpencil melalui Mekanisme Reaksi Cepat bersama dengan Program Pangan Dunia dengan menggunakan helikopter untuk menyediakan makanan, bantuan kesehatan dan gizi.

Namun, katanya, kondisi tidak aman terus membuat sulit tim bantuan untuk menjangkau banyak masyarakat yang memerlukan bantuan.

"Banyak keluarga telah meninggalkan rumah mereka dan pergi ke belantara atau negara tetangga. Penting bahwa kami bisa mencapai mereka yang memerlukan bantuan," katanya.

Menurut Irwin, hampir lima juta orang yang paling rentan di seluruh Sudan Selatan memerlukan dukungan akses ke instalasi kebersihan dasar dan air yang aman.

"Hampir 41 persen warga diperkirakan memiliki akses ke air bersih dan kurang dari 14 persen memiliki akses ke kebersihan yang lebih baik," katanya.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017