Saya berharap generasi muda lebih peduli dengan kesenian dan menjaga toleransi."
Sleman (ANTARA News) - Miniatur barongsai berbahan limbah kertas yang diproduksi Dul Wahab (85) warga Kumetiran Kidul, Kota Yogyakarta banyak dipesan sejumlah hotel dan toko menjelang datangnya Tahun Baru Imlek.

"Setiap menjelang Imlek order barongsai mini dan naga ini memang membanjir, seperti dari sejumlah hotel, toko-toko maupun masyarakat sekitar sini," kata Dul Wahab, Jumat.

Menurut dia, barongsai maupun naga yang diproduksinya ini berbahan baku dari kertas limbah kertas dan kardus yang sudah tidak terpakai.

"Saya mengumpulkan limbah-limbah kertas ini setiap hari, selain itu juga membeli dari para pengepul kertas bekas," katanya.

Ia mengatakan kertas dan kardus bekas tersebut kemudian diolah dan dicetak sebagai kepala barongsai.

"Awalnya membuat pola bagian kepala barongsai atau naga, setelah selesai kemudian diberi sentuhan warga dengan polesan cat warna-warni dan ditambah dengan pernak-pernik pendukung," katanya.

Wahab mengatakan, karena banyak ornamen yang memerlukan ketelitian, maka proses pembuatannya memakan waktu cukup lama.

"Dalam satu minggu biasanya saya bisa membuat dua hingga tiga barongsai dan naga. Barongsai yang saya produksi ini memang ukurannya lebih kecil karena lebih diprioritaskan sebagai hiasan perayaan Imlek," katanya.

Ia mengatakan barongsai dan naga yang diproduksinya ini dijual dengan harga mulai dari Rp80 ribu hingga Rp300 ribu tergantung kerumitan dan ukurannya.

"Pemesanan meningkat drastis mendekati hari H perayaan Imlek, namun lebih banyak untuk memenuhi pesanan dari sekitar Yogyakarta," kata kakek yang sudah bertahun-tahun menggeluti kerajinan barongsai, naga dan pernak-pernik Tionghoa ini.

Selain berkarya membuat barongsai, Dul Wahab juga lihai memainkan seni barongsai dan silat. Pada 1957 Dul Wahab pernah mengemban misi kebudayaan di lima negara seperti Rusia, Polandia, Cekoslovakia, Hungaria dan Mesir.

"Saya berharap generasi muda lebih peduli dengan kesenian dan menjaga toleransi," katanya.

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017