... NATO bukan kesepakatan bisnis. Anda tidak dapat membeli kepercayaan...
Berlin (ANTARA News) - Kanselir Jerman, Angela Merkel, Senin, mengatakan, adalah keterbukaan, bukan populisme, polarisasi atau isolasi, yang akan menjadi jawaban untuk tantangan dalam globalisasi dan digitalisasi.

"Saya kira, seperempat abad setelah persatuan Jerman, setelah Perang Dingin berakhir, sejarah baru mungkin digantikan oleh yang lain," kata Merkel, dalam pidato kepada pemimpin gereja di Wuerzburg.

Meskipun ada yang memimpikan "kembali ke dunia kecil", katanya, jawaban yang benar bukan pengucilan tetapi keterbukaan.

Merkel tidak menyebutkan nama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tapi pendapatnya itu sangat berbeda dengan janji Trump untuk "menempatkan Amerika Serikat lebih dulu", menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan perdagangan multilateral dan menekan imigrasi ilegal, bahkan dengan membangun tembok di perbatasan Meksiko.

"Kita tidak akan meraih apapun dengan mencoba untuk memecahkan masalah dengan polarisasi dan populisme," katanya, "Kita harus menunjukkan bahwa kita berkomitmen pada prinsip-prinsip dasar bangsa kita."

Trump mengatakan Merkel membuat "kesalahan" dengan mengijinkan lebih dari satu juta pengungsi, yang sebagian besar Muslim yang melarikan diri dari perang di Timur Tengah, untuk datang ke Jerman.

Merkel menyambut pemilihan Trump pada November dengan menawarkan untuk bekerja sama dengannya atas dasar nilai-nilai "demokrasi, kebebasan, menghormati hukum dan martabat manusia, terlepas dari asal, warna kulit, agama, jenis kelamin, orientasi seksual atau pilihan politik".

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier, mengatakan, Jerman harus menyiapkan diri untuk masa penuh gejolak saat Amerika Serikat dipimpin Trump.

Ia menambahkan, perdagangan bebas dan kerja sama lintas Atlantik untuk melawan ekstremisme dan terorisme adalah kunci bagi Berlin.

Steinmeier, yang pada Agustus mengatakan Trump adalah Hassprediger atau "penyebar kebencian", menulis di koran Bild, beberapa anggota pemerintahan baru Amerika Serikat memahami kepentingan sekutu, seperti, Jerman.

Trump meresahkan pemimpin Jerman dengan pernyataan antara lain bahwa Inggris tidak akan menjadi negara terakhir yang meninggalkan Uni Eropa dan dengan ancaman untuk menerapkan tarif tinggi pada impor dari China dan Meksiko.

Merkel, yang menghadiri pembukaan museum di luar Berlin saat Trump sedang dilantik, Jumat, mengatakan, dia akan mencari kompromi dengan Trump pada isu-isu seperti perdagangan dan pengeluaran militer dan akan berupaya menjaga hubungan penting antara Eropa dan Amerika Serikat.

Wakil Kanselir Jerman, Sigmar Gabriel, mengatakan, Jerman harus menyiapkan masa-masa sulit di bawah pimpinan presiden AS yang baru dan Eropa harus menyusun kebijakan ekonomi baru yang ditujukan untuk China jika Trump melaksanakan janji proteksionismenya.

Selain mengritik kebijakan migrasi Merkel, Trump juga mengatakan, dia percaya aliansi militer NATO sudah usang.

Menteri Pertahanan Jerman, Ursula von der Leyen, mengatakan dalam wawancara dengan surat kabar Handelsblatt, yang akan diterbitkan Senin, "NATO bukan kesepakatan bisnis. Anda tidak dapat membeli kepercayaan."

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017