Jakarta (ANTARA News) - Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko menjalani tiga agenda di Bojonegoro, Minggu.

Agenda pertama di Desa Campurejo, Bojonegoro, Moeldoko menebar benih padi varietas unggul M400 di sawah setempat.

Peraih Adhi Makayasa 1981 itu disambut Dandim Bojonegoro Herry Subagyo, Kapolres Bojonegoro Wahyu S Bintoro, Ketua DPRD Mitro'atin serta beberapa kepala dinas terkait sejak pukul 09:20 WIB. 

Moeldoko mengatakan, benih M400 merupakan produk unggul dengan hasil rata-rata panen 9 ton per hektar. Benih itu sudah terbukti di daerah lain dan menghasilkan padi yang berkualitas.

”Menjadi petani yang sukses dan kaya itu suatu keharusan. Padi M400 ini memiliki daya tahan kuat terhadap serangan hama dan tahan ketika kekurangan air,” ujar Moeldoko dalam keterangan tertulisnya.

Dia juga meminta petani meggunakan metode baru saat bercocok tanam. Moeldoko juga sempat membeberkan alasannya memilih menekuni pertanian dibandingkan usaha lain.

“Ini adalah cara saya untuk membangun Indonesia di bidang pertanian ini. Kami hadir untuk memuliakan para petani, sehingga bisa menyejahterakan petani dan mengembalikan ekosistem di sawah," ujar Moeldoko.

Keinginan menyejahterakan petani itulah yang membuat Moeldoko rela menahan rasa lelah. Salah satunya dengan terus mengajak petani menggunakan varietas M400 yang sudah terbukti oke.

“Varietas M400 ini terus dikembangkan ke kabupaten lain, termasuk di Kabupaten Bojonegoro,” ucap Moeldoko.  

Setelah menebar benih, Moeldoko langsung menjalani agenda kedua. Pria 60 tahun itu menuju Pondok Pesantren Modern Putri Al Fatimah di Desa Sukorejo, Bojonegoro. Di ponpes itu, Moeldoko memberikan wawasan tentang bela negara kepada ratusan santriwati.

Selanjutnya Moeldoko melanjutkan perjalanannya untuk menemui Lembaga Masyarakat Desa Hutan di Pendopo Sendang Made, Desa Made, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang.

Saat itu, pria yang terkenal tegas namun murah senyum itu menampung keluhan para petani. Selain itu, Moeldoko juga memberikan kiat kepada para petani agar bisa menjadi kaya. “Salah satunya adalah menyesuaikan peraturan pemerintah yang sudah ada dengan optimal serta melakukan banyak inovasi dalam berbagai produk,” kata Moeldoko.

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017