Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mengaku hingga saat ini pihaknya belum memutuskan masa depan Satlak Prima karena pihaknya masih melakukan evaluasi terkait dengan hasil Indonesia pada SEA Games 2017.

"Belum ada keputusan soal Prima. Yang jelas semuanya akan dievaluasi termasuk SDM dari internal Kemenpora sendiri," kata Menpora Imam Nahrawi usai pertemuan bersama stakeholder olahraga Indonesia di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin.

Indonesia pada SEA Games 2017 Malaysia bisa dikatakan terpuruk karena hanya mampu finis diposisi kelima. Bahkan raihan emas kontingen Indonesia itu jauh dibawa target yang dicanangkan Satlak Prima maupun Kemenpora yaitu 55 medali emas.

Kontingen yang dipimpin oleh Aziz Syamsuddin hanya mampu meraih 38 emas, 63 perak dan 90 perunggu. Untuk posisi klasemennya juga tidak ada perubahan dibandingkan SEA Games 2015 yaitu posisi kelima. Posisi puncak direbut tuan rumah Malaysia dengan 145 emas, 92 perak dan 86 perunggu.

Hasil ini jelas menjadi tamparan keras bagi stakeholder olahraga Indonesia. Apalagi sebelum berangkat ke Malaysia banyak faktor non teknis yang dihadapi mulai masalah akomodasi, peralatan tanding yang belum siap hingga terlambatnya honor atlet.

Satlak Prima memang menjadi salah satu lembaga yang mendapatkan sorotan. Hal itu terjadi karena lembaga yang dipimpin Achmad Soetjipto selama ini menjadi tumpuan dalam menyiapkan atlet bersama induk organisasi masing-masing cabang olahraga yang diberangkatkan.

Menpora berharap apa yang terjadi di SEA Games 2017 menjadi pelajaran berharga mengingat Indonesia sebentar lagi bakal menjadi tuan rumah Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.

"Hasil evaluasi SEA Games akan kami jadikan pijakan untuk menghadapi Asian Games 2018. Proses evaluasi saat ini sedang berjalan," kata pria kelahiran Bangkalan Madura itu.

Sementara itu, staf khusus menpora bidang olahraga Taufik Hidayat mengaku sangat mendukung evaluasi terhadap Satlak Prima. Hanya saja, pihaknya belum setuju jika Satlak Prima dibubarkan pasca hasil kurang maksimal kontingen Indonesia di SEA Games 2017.

"Apakah akan lebih baik jika dibubarkan? Itu adalah pertanyaannya. Jika benar mau dibubarkan, lebih baik Satlak dibubarkan setelah Asian Games 2018 nanti," katanya dalam perbincangannya dengan media.

Salah satu legenda hidup bulu tangkis Indonesia mengatakan jika Satlak Prima saat ini memiliki data atlet maupun perkembangannya. Jika dibubarkan butuh berapa lama lembaga baru yang nantinya menggantikan Satlak Prima itu untuk kembali melakukan pendataan.

"Kasian data yang sudah ada. Tapi, kami sangat mendukung evaluasi total di tubuh Satlak Prima. Selain itu saya berharap ada penengah untuk mencari inti permasalahan kurang maksimalnya prestasi olahraga Indonesia," kata Taufik menegaskan.

Pewarta: Bayu K
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017