Kuala Lumpur (ANTARA News) - Mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia yang sukses jadi pengusaha lobster, Setiawan (40), berbagi kisah sukses dalam menjalankan usahanya di hadapan puluhan TKI di Kuala Lumpur, Minggu.

Mantan karyawan Macro Plastict Sdn. Bhd. Serdang, Selangor, tersebut berbagi pengalaman dalam program "Mandiri Sahabatku; Mengubah Pekerja menjadi Majikan Mandiri" yang diselenggarakan oleh Mandiri Remittance.

"Saya di Kuala Lumpur selama 15 tahun. Melalui program Mandiri Sahabatku ini jadi tergerak berwirausaha. Dulu fikirannya mungkin hanya kerja, kerja, dapat duit dari kilang (pabrik). Lalu kirim ke rumah," katanya.

Setelah mengikuti program "Mandiri Sahabatku", ujar Setiawan, dirinya memberanikan diri pulang ke Indonesia dengan membuka usaha.

"Pertama usaha bukan lobster, tetapi tambak udang di Kutoharjo. Tetapi karena regulasi, harga rendah dan terkena penyakit akhirnya hanya bertahan enam bulan. Setelah dua kali panen bangkrut. Modal sebanyak Rp175 juta hilang sama sekali," katanya.

Setiawan mengatakan uang tersebut merupakan modal yang dikumpulkan selama dirinya di Malaysia dan uang istrinya yang menjadi TKW di Hong Kong.

"Kami selama 15 tahun berpisah dengan istri. Istri di Hong Kong juga eks peserta Mandiri Sahabatku. Saat kerja di kilang gaji terakhir saya RM (Ringgit Malaysia) 1.500, sedangkan istri saya sekitar 4.300 Dollar Hong Kong," kata alumni STM Muhammadiyah Yogjakarta tersebut.

Pemilik usaha Mr lobs ini mengaku setelah bangkrut uangnya hanya tersisa Rp300.000 kemudian dia pulang ke rumah mertuanya di Cilacap, Jawa Tengah.

"Mendirikan usaha lobster ini nyaris tanpa modal. Awalnya kebetulan saya suka mancing, saya selalu explore mancing ke Samudera Hindia, tentu saja kenalan dengan nelayan banyak. Di situ saya melihat lobster-lobster besar dan kecil tangkapan nelayan," katanya.

Saat dirinya bertanya kepada nelayan kenapa lobster yang kecil-kecil tidak dijual, mereka bilang dilarang pemerintah karena yang boleh dijual yang beratnya di atas dua ons untuk dijual ke pengepul lalu di-ekspor.

"Yang kecil-kecil ini saya bilang sampah, karena kalau dilepas lagi ke laut 75 persen mati dan sebagian dibawa balik ke rumah untuk makan anak istrinya. Saya lihat peluang ini, kenapa tidak dijual di pasar lokal. Dari situ saya lihat peluang," katanya.

Kemudian Setiawan membawa lobster-lobster kecil tersebut ke Yogyakarta, namun waktu itu belum terfikirkan mau dibuat apa sampai kemudian dia ingat materi pelajaran waktu "Mandiri Sahabatku" agar berfikir "out of the box".

"Akhirnya untuk menanamkan kepada masyarakat bahwa ini bukan udang akhirnya saya bikin sate lobster. Yang kecil saya jual Rp5.000 di angkringan Malioboro, ternyata responsnya bagus. Bukan untuk dimakan tetapi mereka cenderung untuk selfie dimasukkan ke sosmed. Karena respons bagus akhirnya saya bikin trends mark Mr Lobs," katanya.

Setiawan kemudian membikin paket lobster murah dalam satu porsi terdiri dua lobster kecil kerang dan nasi seharga Rp15.000 hingga Rp20.000 sedangkan kalau di seafood harganya antara Rp50.000 hingga Rp200.000.

"Dari situ kami menghadirkan peluang masakan lobster dengan harga murah. Sampai sekarang makin berkembang dari Rp15.000 hingga yang satu porsi Rp700 ribu juga ada tergantung pemesanan sehingga pemilihan makin banyak. Kami sekarang bikin juga lobster kaleng yang bisa awet hingga satu tahun tanpa bahan pengawet," katanya.

Salah seorang peserta pekerja konstruksi asal Lamongan yang tinggal di Kampung Baru, Kuala Lumpur, Takhsis Ansori, mengaku senang mengikuti program tersebut karena bisa memberikan bekal kewirausahaan.

Pemateri lainnya dalam program tersebut adalah Luki Bawafi dari Bank Mandiri University dan Elen dari Badan Ekonomi Kreatif (Barekraf).

Turut hadir saat pembukaan Senior Vice President Consumer Deposits Group Bank Mandiri, Trilaksito Singgih, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur Prof Ari Purbayanto, Atase Tenaga Kerja KBRI Kuala Lumpur Budi Hidayat, Kepala Fungsi Konsuler KBRI Kuala Lumpur Yusron D Ambary, Presiden Direktur Mandiri Remittance Wahyu Surahmat dan Business Development Manager Mandiri Remittance Arif Yoga Hidayanto.

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017