Jakarta (ANTARA News) - Janji yang tak kunjung ditepati, memang membuat kesal dan gusar bagi siapa pun tak terkecuali Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi Selatan (Sulsel) akhir pekan lalu. Pria asal Kabupaten Bone, Sulsel itu, tampak kesal dan gusar ketika menyaksikan proyek pembangunan Bandara Internasional Hassanuddin tak juga kunjung selesai, sejak pembangunannya dua tahun silam. "Jadi kapan ini bisa benar-benar selesai, jangan janji-janji terus," katanya, kepada Direktur PT Angkasa Pura Bambang Darwoto dan Manager Proyek Bandar Udara Hassanuddin Muhammad Yusuf. "Bisa tidak Agustus tahun ini," tantang Jusuf Kalla kepada dua penanggungjawab proyek senilai Rp1,5 triliun itu. "Sanggup," ujar Bambang singkat. Atas kesanggupan itu, Wapres pun meminta Bambang Darwoto dan Muhammad Yusuf untuk mengikrarkan janjinya kembali bahwa proyek Bandara Hassanuddin selesai Agustus 2008. Dihadapan Wapres yang didampingi Menteri Perhubungan Jusman Syafi`i Djamal dan Menneg BUMUN Sofyan Djalil, Bambang Darwoto dan Muhammad Yusuf menuliskan janjinya pada secarik kertas "Insya Allah pembangunan Bandara akan selesai Agutus 2008" diakhiri tanda tangan kedua penanggungjawab proyek itu. Selama kunjungannya, tak henti-hentinya Wapres menyatakan kecewa atas keterlambatan penyelesaian proyek bandar udara internasional Hassanuddin, termasuk hasil pengerjaan konstruksi dan arsitek bandara yang terkesan asal-asalan. "Kenapa lantai keramiknya retak-retak begini? Ini belum digunakan sudah begini. Siapa kontraktornya?," kata wapres dengan nada kesal dan tinggi. Tidak itu saja, Jusuf Kalla juga mempertanyakan pembangunan counter check-in, anjungan pengantar dan ruang tunggu yang tampak tidak rapi. Pembangunan bandara yang dilakukan sejak dua tahun lalu itu, merupakan proyek pembangunan bandara yang memakan anggaran lebih kecil dibandingkan pembangunan bandara lainnya seperti Bandara Juanda Surabaya. Proyek pembangunan bandara itu menghabiskan dana sekitar Rp1,5 triliun yang ditanggung sebagian dari pinjaman perbankan kepada PT Angkasa Pura I dan sebagian kecil lainnya oleh pemerintah. Anggota Komisi V DPR l dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Hadi Jamal mengatakan, tahapan yang diharapkan selesai dan bisa diresmikan pada Januari 2008 adalah bangunan gedung terminal, sebagian run away dan keseluruhan taxi away. AP I dijadwalkan akan menyelesaikan gedung terminal, apron dan taxi away pada Oktober ini. Sedangkan pemerintah akan menyelesaikan sisi udaranya seperti run away, yang dikerjakan dalam dua tahap. Tahap satu diharapkan selesai pada akhir Desember tahun ini. Adapun untuk keseluruhan run away akan diselesaikan pada akhir 2009. Adapun untuk pembiayaan proyek tersebut, sekitar Rp1 triliun ditanggung pinjaman sindikasi perbankan kepada AP I. Sisanya ditanggung APBN 2007, APBN perubahan 2007 dan APBN 2008 mendatang sekitar Rp 500 miliar lebih. Manager Proyek Muhammad Yusuf mengatakan, dalam proyek ini ada 18 kontraktor yang dilibatkan. Namun dari jumlah itu masih ada tujuh kontraktor yang belum menyelesaikan sebagian pembangunan bandara berskala internasional itu. Akibatnya, hingga jadwal peresmiannya pada April 2008 pembangunan Bandara Internasional Hassanuddin belum rampung. Kegusaran Wapres berlanjut pada hari kedua kunjungan kerjanya ke Sulsel. Saat berkunjung ke Balai Penelitian Jagung Sereal (Balitsereal) Kabupaten Maros, Jusuf Kalla yang didampingi ibu Mufidah Kalla kecewa karena sebagian bahan-bahan penelitian sudah berusia diatas delapan tahun. Bagaimana tidak, saat berdialog dengan para peneliti Wapres mendapat janji bahwa semua bahan, peralatan yang ada di Balitsereal siap untuk mengembangkan berbagai varietas unggulan. "Benar yaa....jangan karena saya datang semua dibikin baik semua. Saya mau lihat langsung sekarang," ujar Jusuf Kalla yang disambut antusias para peneliti dan staf balai penelitian itu. Namun, saat berada di laboratorium services Wapres harus kecewa karena ternyata bahan-bahan yang digunakan telah habis masa berlakukanya. Bagaimana balai penelitian tersebut akan maju dan menghasilkan berbagai penelitian yang mutahir jika bahan-bahannya sudah kadaluwarsa, katanya serius, sambil memandangi sejumlah label masa berlaku yang tertera di botol- botol bahan kimia di laboratorium services Balitsereal. Selain bahan-bahan yang sudah lewat masa berlakunya, beberapa peralatan juga kedapatan sudah tua usianya alias uzur, hingga tidak dapat mendukung kegiatan penelitian pengembangan varietas bibit unggul seperti jagung hibrida secara optimal. "Lembaga penelitian dan laboratoriumnya, adalah melihat ke depan. Bukan museum yang menyimpan benda-benda lama. Jadi, saya minta seluruh lembaga penelitian termasuk Balisereal Maros, bisa meningkatkan kapasitasnya. Jangan memalukan Maros dong," tutur Jusuf Kalla. Kabupaten Maros kini tengah mengembangkan produksi sereal seperti jagung dan kedelai, selain padi. Khusus untuk jagung, pemerintah kabupaten Maros telah menyediakan lahan seluas 2.500 hektare. Dari lahan seluas itu, sekitar 1.500 hektare sudah digarap dengan baik. Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Maros Burhanuddin mengemukakan, dengan lahan yang sangat luas itu pihaknya berjanji untuk terus meningkatkan produktivitas jagung di daerahnya. Karena itu Balitsereral kini tengah mengembangkan jenis jagung hibrida 54 yang diyakini mampu menghasilkan jagung delapan hingga 12 ton per hektare. Hibrida 54 merupakan hasil perkawinan hibrida induk G180 dan Mr14. Simulasi kedua dua varietas unggulan itu dilakukan Wapres sesaat sebelum berdialog dengan para petani jagung dan para peneliti Balitsereal. Kegusaran Wapres terhadap molornya sejumlah proyek pembangunan di Sulsel, bukanlah yang kali pertama. Di Jakarta, contohnya. Wapres sempat kecewa bahkan sampai `memarahi` Menteri Negara Perumahan Rakyat, ketika mendapati sejumlah penyelesaian pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) dan rumah susun sederhana milik (rusunami) molor dari target. Tidak itu saja, Wapres Jusuf Kalla juga sempat beberapa kali `marah` karena tidak adanya stabilitas keamanan yang kondusif di Sulawesi Tengah, pasca penembakan Pendeta Irianto Kongkoli. "Tidak akan ada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang baik jika tidak ada stabilitas keamanan. Jadi, saya minta semua pihak bisa menciptakan situasi keamanan yang kondusif," katanya, Kalla itu. Janji memang terkadang mudah diucapkan namun sulit direalisasikan. Apalagi, saat pemilihan kepada daerah atau pemilihan presiden dan wakil presiden mendatang, akan banyak janji yang terucap untuk menarik dukungan dan suara dan akhirnya menang dalam pemilihan. Kegusaran wakil presiden yang kerap diberi janji oleh jajaran di bawahnya, mungkin sama dengan kegusaran rakyat yang kerap pula diberi janji oleh pemerintah untuk bisa mewujudkan kesejahteraan dan keadilan yang merata di berbagai bidang. (*)

Oleh Oleh Rini Utami
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008