Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Surakarta menyatakan program klasterisasi pangan mampu menekan inflasi Soloraya dari tahun ke tahun.

"Jika ditinjau inflasi tahunan Solo dan sekitarnya sejak 2014-2019 mengalami perbaikan yang cukup signifikan," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Surakarta Bambang Pramono usai acara Bedah Buku Harmoni Dalam Perbedaan: Bank Indonesia Dalam Dinamika Ekonomi Soloraya di Kantor BI Solo, Senin.

Berdasarkan data, dikatakannya, pada tahun 2014 angka inflasi tahunan di Soloraya masih mencapai 8,01 persen. Sedangkan saat ini inflasi jauh lebih rendah di angka 2,65 persen.

"Angka ini berada di bawah yang ditetapkan pemerintah, yaitu 3,5 +/- 1 persen," katanya.

Terkait dengan program klasterisasi, menurut dia, sudah dikembangkan di seluruh Soloraya, salah satunya Kabupaten Karanganyar dikembangkan klaster ayam ras dan bawang putih.

Selain itu, di Kabupaten Sragen terdapat klaster cabai, padi, dan bawang merah, di Boyolali ada klaster bawang merah dan pembibitan sapi. Selanjutnya, di Kabupaten Sukoharjo dibentuk klaster "modern farming" atau pertanian berbasis modernisasi.

"Di Kabupaten Wonogiri kami membentuk klaster cabai dan di Kabupaten Klaten ada klaster ikan," katanya.

Sementara itu, pengembangan klaster di Solo dan sekitarnya difokuskan pada sektor yang berhubungan dengan komoditas-komoditas utama karena memiliki bobot besar terhadap inflasi.

Pihaknya berharap dengan adanya klasterisasi tersebut dapat mengontrol stok komoditas pokok di pasaran. Dengan demikian, harga dapat stabil setiap saat.

Baca juga: BI ingatkan inflasi komoditas pokok di Solo masih tinggi
Baca juga: BI perkirakan inflasi Juli 2019 sebesar 0,23 persen
Baca juga: BI prediksi inflasi Sumut 2019 di atas angka 2018

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019