Serang (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau (GAK), di perairan Selat Sunda, Provinsi Lampung, Kamis malam kembali semburkan bola api selama tiga menit disertai bunyi ledakan hingga terdengar dari pesisir pantai Anyer. "Diperkirakan ketinggian bola api Anak Gunung Krakatau mencapai 450 meter karena terlihat jelas di sekitar Pantai Anyer," kata petugas Pos Pemantauan Yasa di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Kamis malam. Menurut dia, bola api yang dimuntahkan Anak Krakatau akibat letusan dan kegempaan vulkanik terbesar, selain disertai ledakan keras juga menyemburkan bebatuan pijar. Sebab, menurut dia, selama tiga menit bola api itu terlihat jelas di kantor pos pemantauan yang jaraknya sekitar 42 kilometer dari Anak Gunung Krakatau. "Hari ini (Kamis) terdengar sembilan kali bunyi dentuman keras dari Anak Krakatau sedangkan Rabu (30/4) hanya 13 kali ledakan," katanya. Ia mengatakan, dentuman keras itu tidak menimbulkan getaran di daratan maupun kepanikan warga sejak ditetapkan siaga level III, Senin (21/4) oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung. Saat ini, kata dia, letusan dan kegempaan Anak Krakatau menimbulkan pembesaran lubang kawah baru di lokasi kawasan bukit selatan gunung. Oleh karena itu, kerapkali Anak Gunung Krakatau mengeluarkan bola api disertai dentuman keras tersebut. Bahkan, lanjut Yasa, selama ini frekuensi letusan dan kegempaan vulkanik meningkat dengan interval kemunculan tiga sampai lima menit. Data di Pos Pemantauan Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kamis (1/5) pukul 00.00 sampai 18.00 WIB, petugas mencatat kegempaan 766 kali, yakni vulkanik A (Dalam) sebanyak 56 kali, vulkanik B (Dangkal) 53 kali, letusan 171 kali, tremor 33 kali dan hembusan sebanyak 453 kali. "Saat ini frekuensi letusan dan kegempaan Anak Krakatau meningkat, dibandingkan sepanjang Rabu (30/4) hanya 713 kali," kata dia. Ia menambahkan, akibat peningkatan letusan dan kegempaan Anak Krakatau pihaknya meminta kepada nelayan serta pengunjung untuk tidak mendekati kawasan bukit selatan gunung. Pengunjung dan nelayan hanya diperbolehkan berada di kejauhan di luar radius tiga kilo meter dari titik letusan yang berlokasi di kawasan bukit selatan gunung. "Kami khawatir mereka akan terkena lontaran batu pijar serta bola api yang disemburkan gunung tersebut," ujar Yasa.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008