Yogyakarta (ANTARA News) - Perang tarif pulsa telepon seluler (ponsel) menghambat laju inflasi di Kota Yogyakarta hingga minus 0,21 persen, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Suharno. Kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat, ia mengatakan bahwa perang tarif pulsa dari sejumlah operator seluler berdampak positif pada laju inflasi di Kota Yogyakarta hingga mencapai minus 0,21 persen. "Perang tarif ini menyebabkan kebutuhan masyarakat untuk pengeluaran jasa komunikasi menjadi turun, sehingga menghambat laju inflasi di Kota Yogyakarta pada April 2008," katanya. Ia mengemukakan, laju inflasi di Kota Yogyakarta pada April 2008 mencapai 0,21 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok pengeluaran, seperti kelompok makanan naik 1,37 persen, kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau naik 0,33 persen, kelompok perumahan naik 0,36 persen, dan kelompok kesehatan naik 0,56 persen. "Untuk kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks di antaranya kelompok sandang yang turun 1,21 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga turun 0,01 persen, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan turun 1,35 persen," katanya. Suharno mengatakan, komoditas yang memberikan andil negatif sehingga menghambat laju inflasi pada April 2008 antara lain tarif pulsa ponsel hingga minus 0,21 persen, beras minus 0,10 persen, emas perhiasan minus 0,08 persen serta jeruk minus 0,07 persen. "Dari 45 kota di Indonesia, inflasi yang terjadi di Kota Yogyakarta berada pada posisi tengah, di mana inflasi tertinggi terjadi di Kota Palembang sebesar 2,39 persen. Sedangkan kota yang mengalami inflasi terendah adalah Makassar yakni 0,05 persen," katanya. Ia mengatakan, tingkat hunian hotel di Provinsi DIY pada Maret 2008 mencapai 49,03 persen atau naik 8,9 persen dibanding Februari 2008 yang tercatat 44,76 persen. "Tingkat hunian kamar hotel non bintang di DIY pada Maret 2008 mencapai 30,84 persen atau mengalami peningkatan 8,78 persen dibanding Februari yang hanya 28,35 persen," katanya. Sementara itu, rata-rata lama menginap tamu di hotel bintang di DIY mencapai 1,67 malam, dan rata-rata menginap terlama pada hotel bintang lima mencapai 2,22 malam. Sedangkan rata-rata menginap tercepat pada hotel bintang dua yaitu 1,47 malam. "Rata-rata lama menginap tamu di hotel nonbintang 1,52 malam, dan rata-rata menginap terlama pada kelompok kamar di bawah 40 mencapai 1,85 malam, sedangkan rata-rata menginap tercepat pada kelompok kamar di bawah 10 yakni 1,32 malam," katanya. Sementara itu, jumlah tamu yang menginap di hotel bintang di DIY pada Maret 2008 sebanyak 52.016 orang, terdiri 5.078 wisatawan mancanegara dan 46.938 wisatawan nusantara. Sedangkan, tamu yang menginap di hotel nonbintang selama Maret 2008 sebanyak 159.163 orang, terdiri 1.078 wisatawan mancanegara dan 158.085 wisatawan nusantara. Adapun jumlah penumpang pesawat terbang yang datang melalui Bandara Adisutjipto Yogyakarta pada Maret 2008 sebanyak 112.440 orang yang terdiri penerbangan domestik 109.532 penumpang, dan penerbangan internasional 2.908 penumpang. "Dibanding Januari 2008, jumlah penumpang yang datang mengalami penurunan 1,99 persen," katanya. Sedangkan, jumlah penumpang yang berangkat melalui bandara ini pada Maret 2008 mencapai 101.326 orang, terdiri penerbangan domestik 98.963 penumpang, dan penerbangan internasional 2.363 penumpang. "Juga mengalami penurunan, yaitu 16,85 persen dibanding Januari 2008," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008