Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan cadangan devisa per akhir April 2008 mencapai 58,8 miliar dolar AS, turun 187 juta dolar AS dibandingkan per akhir Maret yang mencapai 58,987 juta dolar AS. "Cadangan devisa itu (58,8 juta dolar AS) setara dengan 5,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang saat ini menjabat sebagai penjabat sementara (Pjs) Gubernur Bank Indonesia, Miranda S Goeltom seusai rapat dewan gubernur (RDG) BI di Jakarta, Selasa. Sedangkan nilai tukar rupiah rata-rata April 2008 melemah sebesar 0,37 persen dari Rp9.174,00 menjadi Rp. 9.209,00. "Hal ini terkait dengan pesimisme terhadap ekonomi global dan tingginya harga minyak dunia," katanya. Namun, ia mengatakan, fluktuasi rupiah masih terjaga. Hal ini tercermin dari tingkat volatilitas yang menurun dari 0,6 persen menjadi 0,2 persen. Sementara itu, ia melihat tantangan terhadap stabilitas makroekonomi masih cukup berat apabila harga komoditas internasional tetap tinggi dan resiko anjloknya pertumbuhan ekonomi dunia masih terus berlanjut. Menurut dia, BI berkomitmen untuk mengendalikan inflasi dengan memanfaatkan piranti moneter secara lebih efektif dan simultan. "Baik melalui BI Rate, pengendalian volatilitas nilai tukar, penyerapan ekses likuiditas, dan optimalisasi Operasi Pasar Terbuka (OPT)," katanya. Resiko perekonomian nasional memburuk Selain itu, ia mengatakan, upaya koordinasi pembuat antar kebijakan agar memandang persoalan ekonomi ke dalam satu pandangan yang komprehensif menjadi sangat penting dilakukan agar resiko memburuknya perekonomian nasional dapat ditekan pada tingkat yang minimal. Untuk itu, menurut dia, BI mendukung langkah-langkah yang dilakukan pemerintah. "BI berpandangan bahwa langkah-langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengamankan APBN 2008 dapat menjaga kepercayaan pelaku pasar dan mengurangi ketidakpastian, yang pada gilirannya akan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," katannya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008