Makassar (ANTARA News) - Ratusan pengunjukrasa gagal menyampaikan aspirasinya di kediaman pribadi Wakil Presiden Jusuf Kalla di Makassar, Sulsel, Rabu setelah aparat dari Paspamres dan polisi menghalau mereka. Pengunjukrasa yang berasal dari Universitas Islam Negeri (UIN) dan Universitas Negeri Makassar (UNM) itu seyogyanya akan menyuarakan penolakan terhadap rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di kediaman Jusuf Kalla di Jalan Haji Bau Makassar. Massa pendemo belum sempat memasuki kawasan rumah Jusuf Kalla ketika dihalau petugas, mereka baru singgah di perempatan jalan Haji Bau dan Cenderawasih yang berjarak hanya beberapa meter dari kediaman pribadi keluarga Jusuf Kalla. Satu jalur jalan H Bau yang melintas di depan kediaman keluarga HM Jusuf Kalla itu juga telah dibarikade dengan kawat berduri. Sebelum ke kediaman Wapres, para mahasiswa memulai aksinya di kampus UIN Jl. Sultan Alauddin. Mereka menyandera dua buah truk untuk bergerak ke Kantor Pertamina UP VIII/Sulawesi di Jl. Garuda. Di kantor ini, mahasiswa menyatakan menolak kenaikan harga BBM dan mengecam sikap represif polisi dalam menangani unjukrasa yang mereka gelar sehari sebelumnya. "Pertamina adalah institusi sentral dalam proses kenaikan harga BBM. Jika Pertamina menolak, niscaya harga BBM tidak akan naik," kata Rudiansyah, seorang mahasiswa (UNM) dalam orasinya. Menurut mereka, kenaikan harga BBM akan semakin menyengsarakan masyarakat terutama yang tidak mampu. "Kenapa bukan gaji pejabat dan anggota dewan saja yang dipotong untuk menyelamatkan APBN. Namun kenyataan terjadi sebaliknya, gaji pejabat dan anggota dewan setiap tahun naik dan direksi BUMN menerima tantiem yang luar biasa besar setiap tahun sehingga mereka semakin kaya dan rakyat semakin miskin," ujarnya. Mereka berjanji akan terus menggelar aksi penolakan hingga pemerintah pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dan HM Jusuf Kalla meralat rencana itu. Sementara itu, Humas Pertamina Najamuddin saat menemui mahasiswa menegaskan bahwa Pertamina tidak akan mengeluarkan pernyataan menolak kenaikan harga BBM. "Pertamina hanya operator dan kepanjangan tangan pemerintah yang menyiapkan BBM untuk rakyat, kami tidak punya kewenangan dalam hal kebijakan," kata Najamuddin. Mahasiswa kemudian membubarkan diri namun bertekad akan kembali melakukan aksi dengan menghimpun mahasiswa dan masyarakat dalam jumlah yang lebih besar. Saling Lempar Sementara itu, Rabu petang sekitar pukul 15.45 WITA, puluhan mahasiswa Universitas 45 Makassar dan aparat kepolisian terlibat aksi saling lempar batu saat mahasiswa menggelar aksi demo menolak rencana kenaikan harga BBM. Saat berdemo, mahasiswa membakar ban di Jl. Urip Sumohardjo depan kampus mereka sehingga arus lalulintas di jalan protokol itu menjadi macet total. Polisi kemudian berupaya memadamkan kobaran api di ban bekas dengan menendang-nendang ban bekas itu agar jatuh ke parit, namun hal itu ditentang mahasiswa sehingga terjadi aksi baku lempar batu. Mahasiswa terdesak masuk kampus ketika polisi berusaha mengejar dan menangkap mereka namun dari halaman kampus, mereka terus melempari petugas yang berjaga-jaga di jalanan dan aparat kepolisian juga melakukan lemparan balasan. Aksi baku lemparmitu kemudian terhenti setelah berlangsung sektar lima menit namun aparat kepolisian hingga kini masih terus berjaga-jaga di kampus itu. Dari Watampone, Kabupaten Bone, dilaporkan bahwa aksi demo mahasiswa menolak rencana kenaikan harga BBM di DPRD setempat berakhir ricuh. Terjadi aksi saling dorong antara petugas dengan demonstran sehingga menyebabkan beberapa mahasiswa terluka terkena pentungan petugas dan lima orang diamakan polisi. Mahasiswa kecewa karena tidak ada anggota DPRD yang menerima aspirasi mereka sehingga mereka berusaha memasuki gedung dewan lalu terjadi aksi saling dorong dengan anggota Satpol PP dan polisi dan kesempatan itu dimanfaatkan petugas untuk mementungi demonstran. Polisi kemudian bertindak tegas menangkap sejumlah mahasiswa sehingga akhirnya mereka membubarkan diri. (*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008