Jakarta, (ANTARA News) - Sampai kapan pun, dihitung dengan matematika serinci apa pun, rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) rata-rata 28,7 persen, membuat para supir bus, bajaj, tukang ojek di Jakarta, hanya akan mendesah, "aku tak berdaya." Seorang supir bus rute Tanjung Priuk-Blok M, Rudi ketika ditemui ANTARA News, Kamis mengatakan, jika harga BBM kembali dinaikkan, maka tarif angkutan pun perlu dinaikkan. Tarif saat ini tidak akan menutupi setoran kalau harga BBM sudah naik. Tarif angkutan umum bus reguler sekarang ini adalah Rp2.000 per orang. "Tarifnya bisa dinaikkan menjadi Rp3.000," ujarnya sambil mengemudikan busnya. Namun hingga saat ini, lanjut Rudi, Dishub belum mengumumkan adanya rencana kenaikan tarif. "Setiap harinya, saya harus mengeluarkan Rp400.000 untuk lima kali pulang pergi setiap mengisi bahan bakar," ujarnya. Sementara itu supir bajaj dan ojek di Jakarta pun mulai bersiap-siap untuk menyesuaikan kenaikan BBM tersebut dengan tarif yang berlaku. Seorang tukang ojek bernama Ali yang biasanya mangkal di kawasan Rawamangun mengatakan jika harga BBM nanti naik, maka ia mengharapkan kesadaran para penumpangnya untuk juga menambah ongkos ojeknya. Ia sendiri belum dapat memperkirakan berapa kenaikan ongkos ojek jika nanti BBM naik hingga 28,7 persen. "Itu juga tergantung jaraknya," kata Ali yang biasa menarik tarif Rp5.000-Rp10.000 untuk jarak dekat hingga sedang (satu hingga lima km). Seorang supir bajaj, Imam, yang beroperasi di kawasan Blok M, mengatakan paling tidak tarif bajaj dinaikkan sebanyak Rp1.000 hingga Rp3.000 per perjalanan. Biaya operasional yang harus dia keluarkan selama ini setiap harinya bisa mencapai Rp 60.000. Biaya operasional tersebut dipakai untuk membeli bensin, oli campurannya, dan setoran kepada empunya bajaj. "Bila nanti tidak bisa menutupi setoran, maka saya lebih baik usaha lain saja," jawab laki-laki yang telah 15 tahun mengoperasikan kendaraan roda tiga itu. Kini dendang mereka hanyalah, "aku tak berdaya, karena matematika BBM." (*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008