Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Belanda memberikan bantuan senilai 600.000-700.000 euro atau sekitar Rp10,43 miliar guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Badan Karantina Pertanian melalui Project Indonesia Facility (INDF). Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Departemen Pertanian Syukur Iwantoro di Jakarta, Kamis mengatakan, proyek INDF akan berlangsung selama 18 bulan yakni dari Mei 2008 - Agustus 2009. "Proyek ini untuk menciptakan sistem pembinaan dan pengawasan produk pangan segar baik nabati maupun hewani agar produk pangan segar atau olahan yang berasal dari Indonesia bisa masuk ke negera tujuan ekspor," katanya usai penandatangan kerja sama Badan Karantina Pertanian dengan Wageningen International RIKILT, VWA, Lyod dari Belanda, di Jakarta. Menurut Syukur, kerja sama periode pertama 2004-2006 difokuskan pada pengamatan sistem pembinaan dan pengawasan di tingkat on farm di setiap kabupaten dan provinsi. Dalam dua tahun ini, tambahnya, petugas karantina diharapkan mampu meningkatkan pengawasan baik untuk produk ekspor dan impor. Ia menjelaskan, standar keamanan produk pangan segar akan mengikuti standar internasional yang ditetapkan oleh komisi perumusan Codex Alimentarius Commission. Pengawasan untuk pangan nabati, tambahnya, dilakukan oleh Codec Comitte on Pestisida Residu, sedangkan bagi pangan hewani oleh Codec Comitte on Veterinary Residu. Sementara itu, menteri pertanian berencana mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tentang ketentuan pemasukan produk-produk pertanian segar ke Indonesia untuk mendukung PP 28/2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan. "Draft sudah dinotifikasi ke WTO, sebelumnya akan disosialisasikan kepada para negara importir," kata Syukur. Syukur berharap dengan diterbitkannya Permentan tersebut pintu masuk produk pangan impor semakin terkontrol sehingga dampaknya akan memberi peluang yang lebih luas untuk konsumsi produk lokal di dalam negeri. Dia mencontohkan sejak dikeluarkannya PP keamanan pangan, dapat menurunkan produk pangan impor segar seperti buah-buahan impor sekitar 35 persen.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008