Jakarta (ANTARA News) - Tim Uber Belanda, yang harus bermain dua kali dalam sehari, menyatakan masih menunggu wasit untuk mengadukan nasib mereka tersebut. "Percuma kami protes kepada panitia atau BWF (Federasi Bulutangkis Dunia). Hanya wasit yang bisa memutuskan apakah pertandingan bisa dilangsungkan," kata pelatih kepala Belanda Martijn van Doormalen di Jakarta, Jumat. "Tidak mungkin dalam sebuah turnamen beregu profesional seperti ini ada tim yang bermain dua kali dalam sehari. Apalagi ini terjadi akibat perubahan jadwal yang baru kami ketahui setelah sampai di Indonesia," imbuhnya. Pada jadwal awal yang dirilis BWF, tim Uber Indonesia lah yang bermain dua kali dalam sehari, melawan Belanda dan Jepang, pada Senin (11/5). Indonesia kemudian melancarkan protes dan BWF pun merevisi jadwal, sehingga Maria Kristin dkk. tidak jadi bermain dua kali dalam sehari tapi mengorbankan Belanda. "Indonesia saja bisa melakukan protes dan jadwal kemudian diubah, masa kami tidak bisa," tegas van Doormalen. Menurut dia, sebenarnya ada solusi yang sederhana untuk masalah tersebut. "Mundurkan saja jadwal final Piala Uber jadi sama dengan Piala Thomas tapi panitia sepertinya tidak memikirkan itu," jelasnya. "Sayang sekali sebuah kejuaraan besar dan profesional seperti ini dijalankan dengan cara amatiran," tandas van Doormalen. Van Doormalen mengatakan belum menentukan langkah apa yang akan diambil Belanda jika protes mereka ditolak wasit. "Mungkin saja kami menjadi tim yang pulang lebih awal," pungkasnya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008