Jakarta (ANTARA News) - Peneliti dan pengembang vaksin anti virus Human Papillomavirus (HPV) dari AS, Prof Dr Douglas Lowy mengharapkan agar harga jual vaksin tersebut, yang terhitung mahal di Indonesia, di masa mendatang dapat lebih murah mengingat penderita penyakit kanker leher rahim -- yang disebabkan virus HPV --itu terhitung banyak di Indonesia. "Mungkin tidak diturunkan harganya bisa dalam waktu dekat. Tapi di masa depan sebaiknya bisa dibeli dengan harga lebih terjangkau bagi masyarakat negara berkembang seperti Indonesia," kata Douglas Lowi kepada wartawan di Jakarta, Jumat. Pada kesempatan jumpa pers itu, Lowi ditemani Presiden "Mochtar Riady Institute for Nanotechnology" (MRIN) Prof.Susan SW Tai dan Konsultan Pemasaran RS Siloam Andrew Mills. Douglas Lowi datang ke Indonesia untuk menjadi seorang pembicara utama (keynote speaker) pada simposium bertajuk "Frontier of Cancer Research" yang akan diadakan MRIN ,bekerjasama dengan Universitas Pelita Harapan (UPH) dan RS.Siloam, tanggal 10-11 Mei 2008 di kampus UPH, Lippo Karawaci, Tangerang, Banten. Simposium tersebut diselenggarakan terkait dengan rencana peluncuran resmi ("grand opening") MRIN di Lippo Karawaci, pada 12 Mei 2008. Vaksin untuk mencegah penyakit kanker leher rahim ("cervical cancer") tersebut di dunia hanya diproduksi oleh dua perusahaan obat berskala internasional, Merck dan GlaxoSmithKline. Di Indonesia harga jualnya per tiga kali dosis suntikan sekitar Rp3,5 juta. "Harga jual ini masih mahal untuk masyarakat Indonesia. Tapi saya hanya peneliti. Saya tidak tahu bagaimana caranya agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat menurunkan harganya. Tapi memang sebaiknya harganya di masa depan bisa lebih rendah," kata Lowy, yang juga merupakan Kepala laboratorium Cellular Oncology pada National Cancer Institute (NCI) di AS. Prof.Douglas Lowy telah dikenal di kalangan dunia kesehatan dengan hasil-hasil penelitiannya di bidang vaksin anti virus HPV, penyebab kanker leher rahim. Lowy bersama rekannya Dr.John Schiller, telah mendapatkan beberapa kali penghargaan dari beberapa lembaga internasional atas peranannya mengembangkan vaksin anti HPV. Dikatakan bahwa vaksin tersebut telah diakui dan digunakan di 50 negara, termasuk Indonesia. Di AS, kata Lowy, vaksin tersebut terbukti efektif untuk mencegah penyakit kanker leher rahim pada wanita. "Penelitian membuktikan pemberian vaksin ini dapat mencegah terjadinya penyakit kanker leher rahim hingga sekitar lima tahun sejak vaksin diberikan kepada penerima. Situasinya memang bisa berbeda-beda di tiap negara," kata dia. Menurut Lowy, pada wanita, penderita penyakit kanker leher rahim adalah nomor dua setelah kanker payudara di dunia. Walaupun dia tidak memiliki data penderita penyakit tersebut di Indonesia, namun diyakini tingkat yang sama juga terjadi di Indonesia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008