Banda Aceh (ANTARA News) - Pengalaman penanggulangan bencana tsunami yang pernah dilakukan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan gempa di Nias (Sumatera Utara) akan dijadikan sebagai acuan bagi menanggulangi wilayah yang diterjang badai Narjid di Myanmar. "Hal tersebut diungkapkan pejabat senior Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Noeleen Heyzer saat berkunjung ke Kantor Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAd-Nias di Jakarta pada Jumat (9/5)," kata juru bicara BRR NAD-Nias, Twk Mirza Keumala, di Banda Aceh, Sabtu. Ia menjelaskan, Heyzer meminta masukan dari Kepala BRR NAD-Nias, Kuntoro Mangkusubroto, mengenai hal-hal yang dilakukan penangangan bencana tsunami di Aceh dan gempa bumi di Nias. "Kami melihat apa yang dilakukan Indonesia di Aceh merupakan contoh sukses. Karena itu kami ingin mempelajari hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk penanggulangan bencana yang terjadi di Myanmar," kata juru bicara BRR mengutip pernyataan Heyzer. Mirza menjelaskan pejabat senior PBB itu mengharapkan kerjasama antara PBB dan negara-negara Asean dalam penanggulangan bencana badai Narjis di Myanmar. Indonesia juga negara yang berperan penting di Asean, termasuk dalam penanggulangan bencana dan rekonstruksi di Aceh dan Nias. "Kami ingin mendorong adanya kelompok pemimpin yang ikut membantu Myanmar. Kita kesampingkan masalah politik, dan fokus pada upaya membantu rakyat Myanmar yang saat ini sedang menderita," kata Heyzer. Kepala BRR Kuntoro Mangkusubroto mengatakan lembaga yang dipimpinnya bersedia berbagi pengalaman dan pengetahuan bagi penanggulangan bencana di Myanmar. "Kami bersedia membagi semua pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki sebagai sebuah lembaga pemerintah sampai akhir masa tugas pada April 2009, tapi dukungan personal dan sumberdaya manusia yang ada di BRR akan tetap ikut berpikir membantu rakyat Myanmar," jelas Kuntoro. Pelajaran paling penting yang bisa diambil dari upaya penanggulangan bencana di Aceh adalah kecepatan dalam memberikan respon. "Kesuksesan di Aceh dan Nias dimulai dari kecepatan dalam melakukan konsolidasi dukungan dari berbagai pihak termasuk masyarakat internasional," jelas dia. Kecepatan konsolidasi dukungan tersebut, tambahnya, telah dimulai dengan adanya konferensi tingkat tinggi khusus yang menghadirkan pemimpin-pemimpin Asean tentang tsunami dan gempa bumi yang digelar 10 hari pasca tsunami Aceh, 26 Desember 2004.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008