New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah melesat ke sebuah rekor tertinggi 126,98 dolar AS per barel, Selasa, di New York, meski pertumbuhan permintaan energi diperkirakan melemah, kata para pedagang. Minyak mentah di New York menembus rekor puncak sebelumnya pada 126,40 dolar AS, yang tercapai pada Senin. Pada akhir perdagangan melesat setelah pada awal perdagangan Selasa turun, sesudah Badan Energi Internasional (IEA) menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global. Setelah mencapai posisi tertinggi baru, kontrak berjangka minyak utama New York, jenis "light sweet" untuk pengiriman Juni, ditutup pada 125,80 dolar AS, naik 1,57 dolar AS dari penutupan Senin. Di London, kontrak minyak metah jenis Brent untuk pengiriman Juni naik 1,19 dolar AS pada 124,10 dolar AS. "Apa yang kami lihat di pasar ini sejak Agustus, setiap penurunan pada akhirnya menemui sebuah `short-covering rally` yang mendorong harga ke posisi tertinggi," kata analis AG Edwards, Eric Wittenauer. IEA yang berbasis di Paris memperkirakan dalam laporan bulanannya bahwa permintaan minyak mentah pada 2008 akan berada pada kisaran 86,8 juta barels per hari (bpd) --- berkurang sekitar 390.000 bpd dari estimasi sebelumnya yang diberikan pada April. Lembaga pemantau energi itu juga mengatakan estimadsi permintaan minyak 2007 pada 85,8 juta bpd. "IEA telah merevisi proyeksi permintaan minyak global lagi menjadi tumbuh hanya satu juta bpd untuk 2008 dan memperingatkan revisi penurunan lagi," kata analis Petromatrix, Olivier Jakob. Pada awal tahun, IEA memperkirakan pertumbuhan permintaan 2,1 juta bpd yang membuat proyeksi permintaan global turun dalam separuh sejak awal tahun, katanya kepada AFP. Harga minyak terus melonjak pada Selasa. Seiring dengan masuknya para investor, para analis mengutip berbagai faktor kenaikan harga tahun ini, termasuk meningkatnya permintaan energi dari kekuatan ekonomi Asia, China dan India, serta penolakan OPEC untuk meningkatkan produksinya. "Harga minyak telah meningkat terlalu jauh dan terllau cepat dalam periode pendek, tidak ada pendoring Rally lainnya daripada para investor dan faktor teknikal," kata Victor Shum, seoranga analis di konsultan energi Purvin and Gertz di Singapura. Harga juga bergerak sejalan dengan perubahan dalam dolar AS namun para pedagang mengatakan hubungan itu telah melemah dalam pekan-pekan terakhir ini. Mata uang AS turun ke rekor terendah terhadap euro pada April, namun telah kembali menguat dari keterpurukannya. Melemahnya mata uang AS membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi para pemegang mata uang kuat lainnya. (*)

Copyright © ANTARA 2008