Jakarta (ANTARA News) - Komisaris PT Jasa Marga Tbk, Sumaryanto Widayatin, mengatakan bahwa tidak ada alasan lagi bagi pemerintah untuk menunda kenaikan tarif dua ruas jalan tol (Sediyatmo dan Jakarta - Cikampek). "Kebijakan kenaikan tarif secara berkala agar investor dapat survive (bertahan) membayar kembali utang-utangnya kepada kreditur," kata Sumaryanto, yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia (SDM)di Departemen Pekerjaan Umum, di Jakarta, Kamis. Menurut Sumaryanto, penundaan tarif dua ruas tol yang seharusnya ditetapkan Maret 2008 dirasakan sudah mencukupi, meskipun PT Jasa Marga Tbk sempat mengalami kecelakaan dengan terjadinya banjir pada hari Kamis (8/5). Sumaryanto mengemukakan, kewajiban investor dengan kenaikan tarif tol adalah berusaha memenuhi standar pelayanan minimal, termasuk banjir yang seharusnya tidak terulang di jalan tol Sediyatmo. Menurut dia, tidak ada alasan untuk menunda lagi mengingat adanya sinyal positif dari PT Jasa Marga Tbk akan memenuhi kewajibannya serta hal ini akan dilihat pemegang saham dalam dan luar negeri. Ia pun mengatakan, harus ada perlakuan yang seimbang terhadap seluruh operator karena ada investor yang sudah dinaikkan tarifnya, namun tidak melaksanakan standar pelayanan minimum sampai delapan bulan, ternyata dibiarkan. Sementara itu, PT Jasa Marga Tbk sejauh ini telah memulai pekerjaan pelebaran jalan di kedua ruas tol (Sediyatmo dan Jakarta - Cikampek) dalam rangka memenuhi rasio volume terhadap kapasitas (VC Ratio) 0,8. Bahkan, ia mengemukakan, untuk tol Sediyatmo selain saat ini melaksanakan pembangunan jalan layang di sisi sebelah luar jalan yang ada, juga dibangun tanggul permanen berupa site pile dari beton sepanjang 600 meter di sebelah Utara berbatasan laut. Tanggul beton yang dibangun dari kilometer 26+200 sampai 26+800 memiliki ketinggian empat meter dengan ketebalan dua meter diharapkan tidak akan membuat banjir meski terjadi pasang, katanya. Sumaryanto mengatakan, terkait dengan penanganan banjir PT Jasa Marga sebenarnya telah mengeluarkan biaya ekstra yang diperkirakan jumlahnya mencapai puluhan miliar yang tidak dicantumkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang disetujui Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Banjir yang terjadi belum lama ini, menurut dia, lantaran saat terjadi pasang ada tanggul penahan yang terbuat dari timbunan tanah dan cerucuk bambu tidak mampu ditahan karena bagian bawahnya dimakan biota laut. Banjir itu baru dapat diatasi setelah tanggul yang jebol tersebut ditutup menggunakan karung pasir serta tripleks namun sifatnya darurat, ke depan mencegah kejadian tidak terulang di sepanjang sisi Utara akan dibangun tanggul permanen, katanya menambahkan. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008