Jakarta (ANTARA News) - Tragedi kerusuhan 13 Mei 1998 di Jakarta yang menyisakan kesedihan dan lara di hati orang yang mengalaminya mengilhami sejumlah insan film yang mengangkatnya ke layar lebar dalam film "May". Sutradara "May", Viva Westi dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, mengungkapkan film tersebut merupakan kisah cinta dengan latar belakang kesaksian atas peristiwa kelam Mei 1998. "Meski latar belakang film ini peristiwa Mei 1998 tapi film ini adalah fiksi, sangat tidak berbau politik, berusaha tidak menyinggung siapapun, dan sangat universal bercerita tentang cinta dan kemanusiaan," kata perempuan kelahiran Manokwari, 21 September 1972 itu. Viva mengungkapkan tidak mudah membuat film dengan latar belakang peristiwa sejarah 1998 karena banyak isu yang rasis sehingga dapat menimbulkan reaksi berbeda. "Ada ribuan cerita tentang kejadian pada Bulan Mei yang bisa dengan mudah kita baca di internet, tapi saya perlu garis bawahi dalam film ini tidak sepenuhnya diangkat dari kisah nyata, melainkan dari sebuah riset yang bisa dipertanggungjawabkan," kata Viva yang aktif sebagai penulis naskah film televisi dan sinetron sejak era tahun 2000. Film "May" skenarionya ditulis Dirmawan Hatta, dibintangi aktris Jenny Chang (May), Yama Carlos (Antares), Tuti Kirana (Cik Bing), Lukman Sardi (Gandang), Ria Irawan (Haryuni), Niniek L Karim (Ibu Haryuni), dan Tio Pakusadewo (Harriandja). Jenny Chang adalah model asal Medan yang mengawali debutnya di layar lebar lewat Film "May", sedangkan Yama Carlos adalah model yang telah beberapa kali main film, seperti "Angker Batu" (2007), "Love and War" "2007", dan "In The Name of Love" (2008). "May" diproduksi Flix Pictures yang sebelumnya menggarap film "Dealova" (2005). Syuting film ini berlangsung di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Kuala Lumpur, Malaka, dan Genting Highland. Heru mengatakan membuat film cinta berlatar belakang sejarah bagi dia cukup beresiko besar. Penonton film di Indonesia sebagian besar belum menyukai film bertema berat semacam ini, meski sesungguhnya kisah yang diangkat adalah tentang cinta dan kemanusiaan. "Harus ada yang memulai untuk membuat film-film yang semakin bermutu, kalau tidak sekarang kapan lagi" katanya. Film "May" mulai tayang di bioskop pada 5 Juni. Viva mengatakan filmnya ini telah lulus sensor, tanpa ada pemotongan gambar.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008