Kairo, (ANTARA News) - Pihak berwenang Mesir mengusir sejumlah pemimpin kelompok pemberontak Darfur yang melancarkan serangan tak terduga terhadap Khartoum, ibukota Sudan, kata seorang pejabat keamanan, Rabu. "Orang-orang itu ditangkap (pada Selasa) kemudian diusir dari negara ini," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu kepada AFP. Dia menunjuk pada sejumlah pemimpin pemberontak Darfur yang bermarkas di Kairo. "Pihak berwenang Sudan marah atas pernyataan seorang dari mereka yang disampaikan di sebuah saluran televisi satelit, lalu mereka menghubungi Mesir," kata pejabat itu tanpa penjelasan lebih lanjut. Pada hari Sabtu, kelompok pemberontak Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menyerang Omdurman, salah satu dari tiga kota yang membentuk Khartoum raya. Serangan tersebut menjadi pertanda bahwa untuk pertama kalinya konflik puluhan tahun itu mendekat ke pusat kekuasaan Sudan. Surat kabar berbahasa Inggris Sudan Tribune melaporkan, tiga anggota JEM telah diusir dari Mesir -- Ahmed Tugd, Ahmed Sharif dan Mohammed Ali. Koran itu mengatakan, langkah tersebut diambil setelah Tugd mengatakan kepada saluran televisi berita yang berpusat di Qatar, Al-Jazeera, bahwa JEM menguasai sebagian besar ibukota Sudan tersebut. Militer menyatakan, lebih dari 222 orang tewas dalam tiga hari dalam pertempuran yang berakhir dengan mundurnya JEM. Korban-korban yang tewas itu mencakup hampir 100 prajurit dan 34 warga sipil. JEM masih memiliki pasukan dari kelompok-kelompok pemberontak yang berperang di kawasan Darfur, Sudan barat. Serangan JEM terhadap kawasan Khartoum itu juga telah membuat tegang hubungan antara Sudan dan Chad. Sudan memutuskan hubungan diplomatik dengan Chad pada Minggu, dengan menuduh Ndjamena mendukung serangan pemberontak terhadap Khartoum. Chad membantah tuduhan tersebut. Sehari kemudian, Senin, pemerintah Chad memerintahkan penutupan perbatasan dengan Sudan dalam upaya menghindari segala penyusupan dan lalu-lintas yang mencurigakan di sepanjang perbatasan timurnya dengan Sudan, dan membekukan hubungan-hubungan ekonomi dan budaya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008