Jakarta (ANTARA News) - Sedikitnya ada enam ikon pembawa tradisi baru dalam 10 Tahun Reformasi (1998-2008), yakni Mahkamah Kontitusi (MK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Deny JA (pendiri Lembaga Survei Indonesia LSI), Amien Rais (sebutan bapak Reformasi), Kontras dan Munir, serta mantan Presiden BJ Habibie. Fransiskus Surdiasis penulis buku "10 Tahun reformasi: Bakti untuk Indonesia" mengemukakan hal itu dalam diskusi buku tersebut bersama pengamat politik UI Eep Saifulloh Fatah, di Jakarta, Jumat. Surdiasis mengatakan, setelah 10 tahun menempuh reformasi, publik tak kunjung puas dengan situasi bangsa Indonesia saat ini, khususnya ekonomi yang dibayangi melambungnya harga kebutuhan pokok, meningkatnya jumlah penduduk miskin susahnya lapangan kerja dan rencana pemerintah akan menaikkan harga BBM dalam waktu dekat. "Dalam suasana demikian, mudah sekali untuk sampai pada kesimpulan bahwa Reformasi khususnya bidang ekonomi dan sosial telah kandas atau gagal," katanya dalam acara yang dikuti dua penulis lain dalam bukunya itu yakni Ulin Ni'am Yusron dan Rusdi Mathari. Dia menegaskan, hal tersebut tidak bisa membangun bangsa Indonesia hanya dengan bersikap pesimistis, namun dunia politik Indonesia sesungguhnya memperlihatkan perubahan yang mendasar dan konsilidasi demokrasi yang berkembang dengan baik. Menurut Surdiasis, dalam 10 tahun ini, bangsa Indonesia menyaksikan munculnya sejumlah pembaruan, kepeloporan dan tradisi baru yang dibawa baik perorangan maupun lembaga. Meski berbeda dalam bentuknya, namun sama dalam esensi yang disumbangnya, yakni memperkuat konsolidasi demokrasi Indonesia. "Mereka adalah ikon atau penanda reformasi itu sendiri: Ikon Pembawa Tradisi Baru," katanya. Sementara itu, pengamat politik UI Eep Saifulloh Fatah mepertanyakan metodologi pemilihan enam ikon pembawa tradisi baru dalam Buku 10 Tahun Reformasi, seharusnya melalui pemilihan kandidat ikon bagi mereka yang benar-benar mampu membawa tradisi baru dalam Reformasi. Dia memberikan contoh, tokoh yang berhasil mebawa tradisi baru Reformasi seperti kebebasan pers, keberanian membela hak pribadi dari warga negara terhadap lembaga negara dan adanya tokoh yang gigih memberantas korupsi. Eep memberikan penghargaan atas ketiga penulis yang berlatar belakang jurnalis dalam menulis buku tersebut sehingga mampu memberikan wawasan tentang reformasi bagi masyarakat khususnya generasi muda.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008