Bandarlampung (ANTARA News) - Ruas Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) wilayah Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung, Senin, tampak macet sejak pagi hari, akibat antrian kendaraan di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Berdasarkan pantauan, kemacetan kendaraan di Jalinsum di Bandarlampung itu bahkan telah mencapai hingga satu kilometer di SPBU Sukarame. Meski demikian, antrian itu tidak sampai menimbulkan kemacetan total, sementara arus kendaraan dari arah Bakauheni ke Bandarlampung masih tetap normal. Premium, pertamax sudah mulai langka Kelangkaan BBM telah terjadi di Lampung sejak beberapa hari lalu yang mengakibatkan seluruh SPBU di Bandarlampung maupun di luar kota, dipadati kendaraan yang hendak mengisi premium atau pertamax. Karena letaknya yang strategis, sejumlah SPBU di bangun di kawasan Jalinsum, termasuk SPBU milik Pertamina di kawasan Sukarame, Bandarlampung. Sehubungan BBM di SPBU di pusat kota sudah habis, banyak kendaraan yang berusaha mendapatkan BBM di SPBU Sukarame itu. Akibatnya, terjadi penumpukan kendaraan hingga ke tubuh jalan Jalinsum maupun meluber ke jalan terusan di dekatnya, seperti Jl Endro Suratmin. Antrian panjang hampir terjadi di seluruh SPBU di Bandarlampung sejak Sabtu (17/5) lalu. Pasokan Pertamina seret, harga naik, siapa untung? Pertamina sendiri memperkirakan pasokan premium sekitar 1.800 kiloliter akan didistribusikan ke SPBU-SPBU pada Senin pagi, dan sekitar 2.100 kiloliter lainnya akan didistribusikan pada siang harinya. Dengan adanya pasokan itu, diperkirakan kebutuhan BBM di seluruh wilayah Lampung kembali tercukupi, terutama premium. Akibat kelangkaan BBM itu, terjadi lonjakan harga eceran premium (bensin) melebihi kewajaran, bahkan hingga mencapai Rp10.000 per liter, melebihi harga pertamax. Kelangkaan itu juga berdampak para pengojek ikut menaikkan harga jasa pengantaran penumpang dan sejumlah warga memilih sementara "mengandangkan" mobil yang dimiliki atau mengatur penggunaan kendaraan hanya untuk keperluan penting, untuk menghemat persediaan bensin pada kendaraan mereka.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008