PARIS, (ANTARA News) - Sejarah, bukan sebatas lintas waktu yang begitu saja, tanpa makna apa-apa, tetapi menyentuh keberanian untuk menerabas dan mengartikannya sebagai kekuatan untuk meraih kemenangan di ajang kehidupan. Ini cita-cita Lilian Thuram. Pemain pilar tim Prancis berusia 36 tahun itu yang terus mencoba untuk mengartikan perjalanan sejarah, utamanya ketika mengikuti Piala Eropa 2008 yang akan diadakan pada 7-29 Juni di Austria dan Swiss. Ia seakan hendak mengisi bilur-bilur sejarah dengan menghantamkannya kepada cita-cita semua orang yakni kemajuan (progress). Ia ingin memberi yang terbaik kepada Prancis. Pemain veteran yang berposisi sebagai full-back ini menggenggam prestasi membanggakan karena telah 139 kali membela Prancis. Sebagai pemain yang terbilang telah mengenyam asam garam terjun di berbagai ajang sepakbola internasional, Thuram mengakui bahwa Prancis berada di grup maut (Grup C) bersama dengan Belanda, Rumania, Italia. Ketika Thuram hendak mengartikan sejarah, ia kemudian berjumpa dengan "utopia", yang artinya tanpa tempat, atau proyeksi yang tidak terbatas dari suatu kemungkinan yang tidak terbatas pula. Ini mengemuka karena Prancis tengah mengalami masalah rasial. Thuram yang lahir di Point-a-Pitre di kepulauan Karibia. Ketika aksi rasialisme melanda Prancis pada 2005, ia menerima perlindungan dari menteri Nicolas Sarkozy. Pada Piala Dunia 2006, kasus rasial yang menimpa Thuran memperoleh perhatian dari politisi sayap kanan Prancis Jean-Marie Le Pen. Juara Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 ini kemudian berkomitmen untuk menghapus isu rasial yang selama ini menyentuh Prancis. "Lilian pemain yang kuat dengan sundulan kepala," kata salah seorang pemain Arsenal. "Ia mencoba untuk membuka mata. Ada banyak waktu ketika anda justru tidak ingin pernah memperoleh pengakuan bahwa anda keliru. Tetapi sesudah anda kembali ke ruangan, ternyat anda benar." "Thuram dan (Willy) Sagnol akan bugar. Kami akan memperoleh keuntungan dari mereka." Menjelang kontraknya berakhir dengan Barcelona, Thuram mengatakan, pekan ini akan terus berjuang bersama Prancis. "Saat ini, saya sedang berkonsentrtasi menjelang Piala Eropa. Sesudah itu, kita akan lihat apakah saya akan tampil. Saya berharap dapat terus bermain." Ketika ia membandingkan dengan Piala Eropa 2006, ia berkomantar, "Pada 2006, saya menemukan sejumlah pemain yang benar-benar saya tidak ketahui. Kali ini, situasinya berbeda." Bagi Thuram, sejarah mengarah kepada pemenuhan dan perubahan ke masa depan yang lebih baik, demikian diwartakan AFP. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008