Jakarta, (ANTARA News) - Ratusan orang dari Gerakan Mendorong Keadilan Korban Lapindo (GMKKL) menggelar unjuk rasa di depan Istana Negara, di Jakarta, Jumat, sebagai peringatandua tahun peristiwa semburan lumpur dari sumur PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. "Kami menggelar `tahlilan` dua tahun kematian hati nurani pemimpin Indonesia yang lebih memihak pemodal dan tidak segera menghentikan semburan lumpur," kata Siti Maemunah, Koordinator Nasional Jatam (Jaringan Advokasi Tambang), Jumat. Ia mengatakan, demonstrasi akan diikuti oleh tak kurang dari 100 peserta, termasuk anggota GMKKL dan masyarakat umum. GMKKLB merupakan koalisi LSM, pengacara, dan korban lumpur Lapindo. Beberapa LSM yang tergabung dalam koalisi ini adalah Jatam, Walhi, Kontras, ICEL, dan Imparsial. "Unjuk rasa akan dimulai pukul 16.00WIB, dan lewat aksi ini kami ingin mendesak agar pemerintah segera menghentikan semburan lumpur Lapindo, dan merelokasi para korban dengan layak," ujarnya. Sejak lumpur panas menyembur dari sumur eksplorasi Banjar 1 milik Lapindo, 28 Mei 2006 lalu kini sudah 16 desa tenggelam dan sekitar 60.000 orang menjadi pengungsi. "Kisah lumpur Lapindo harus terselesaikan, jangan menjadi `never ending story` - atau kisah tak bertepi, karena sungguh korban-korbannya sangat menderita akibat kejahatan ekologis ini," kata Chalid Muhammad, mantan Direktur Ekskutif Walhi. Chalid mengatakan kasus lumpur Lapindo akan menjadi preseden penanganan kasus pertambangan di Tanah Air, itu sebabnya pemerintah seharusnya mendesak pertanggungjawaban dari pihak perusahaan yang telah berlaku lalai dan merugikan masyarakat. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008