Yogyakarta, (ANTARA News) - Pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, membantah dengan tegas bahwa air bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar seperti yang termuat dalam informasi mengenai proses "blue energy". Menanggapi informasi blue energy (bahan bakar berbasis air) yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan di masyarakat, dosen Jurusan Kimia Fakultas MIPA UGM, Wega Trisunaryanti, Jumat mengatakan air adalah sumber energi, tetapi mustahil jika dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar. "Air harus melalui proses elektrolisis jika ingin digunakan sebagai bahan bakar," katanya. Lulusan jenjang S3 dari Osaka University itu menyatakan proses elektrolisis tersebut membutuhkan energi yang tinggi, sehingga biayanya mahal dibanding nilai energi yang dihasilkan. Dengan proses elektrolisis air akan berubah menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen yang dihasilkan dari proses tersebut baru bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Teknologi elektrolisis air tersebut bukan merupakan temuan baru di bidang teknologi karena sekitar 1960 telah ada ilmuwan yang mendokumentasikannya yaitu Dr. William Rhodes serta dipopulerkan oleh Prof. Yull Brown. Namun, lanjutnya, hidrogen bukanlah unsur yang mudah ditangani dan memiliki sifat yang bertolak belakang dengan hidrokarbon. Hidrogen memiliki sensitivitas yang tinggi, sedang hidrokarbon rendah. Di dalam kehidupan sehari-hari, teknik elektrolisis dapat ditemui dalam penggunaan accu. Namun proses elektrolisis accu hanya menghasilkan energi yang kecil. Sementara itu, Dosen Teknik Mesin dan Industri UGM, Jayan Sentanuhady, mengatakan bahwa bila hidrogen langsung direaksikan dengan oksigen maka akan menimbulkan reaksi energi yang besar. "Kecepatan jalar api yang terbentuk bisa mencapai 2.000 meter per detik, sehingga bisa menimbulkan gelombang ledakan yang besar," ujarnya untuk menjelaskan bahwa hidrogen bukan merupakan unsur yang mudah ditangani. Jika ada orang yang mengaku bisa menyimpannya di dalam toples, maka ia pasti menipu. Hidrogen memang bisa disimpan tetapi setelah mendapat perlakuan khusus, misalnya didinginkan atau ditekan,katanya. Ketua Senat Akademik UGM, Prof. Sutaryo, UGM menyatakan segala sesuatu yang berkaitan dengan energi akan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan pernyataan tentang proses "blue energy" yang selama ini dilansir di media telah menyalahi hukum kekekalan energi. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008