Bogor (ANTARA News) - Naik haji atau umrah berkali-kali merupakan salah satu sikap yang tidak peka terhadap permasalahan sosial di saat masyarakat tengah dihimpit beban hidup yang sulit sekarang ini. "Banyak orang sekarang tidak peka, buktinya setiap tahun berangkat menunaikan ibadah haji dan melaksanakan umrah ke Mekah, padahal melaksanakan ibadah haji wajibnya hanya sekali" kata Drs KH Djudjun Djunaedi, MAg, Ketua Mubalig Muda (Forsimuda) Bandung, di Bogor, Jabar, Minggu. "Sementara di sekelilingnya ada fakir miskin yang membutuhkan uluran tangan, dan ada bangunan madrasah dan masjid yang nyaris roboh dibiarkan," tambahnya pada tabligh akbar yang juga dihadiri Walikota Bogor Diani Budiarto, jajarah Muspida, pimpinan pondok pesantren (Ponpes), untuk menyambut Hari Jadi Bogor ke-526. Hari jadi Bogor sendiri akan diperingati 3 Juni 2008. Dikemukakannya bahwa adalah hal wajar kalau bahan bakar minyak (BBM) naik akan muncul berbagai gejolak sosial, karena kalau orang lapar dan kekurangan akan nekad melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. "Karena itu, tindakan apapun bisa dilakukan untuk mengisi perutnya," kata KH Djudjun Djunaedi yang juga pengasuh Ponpes Al-Jauhari, Garut itu. Sementara itu Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Sekolah Pascasarjana (SPs) Institut Pertanian Bogor (IPB), Ahmad Fahir saat diminta tanggapan ANTARA News menguatkan pernyataan tersebut bahwa fenomena umat Islam melaksanakan haji dan umrah berkali-kali, jelas tidak tepat dalam situasi krisis sosial-ekonomi yang melanda bangsa Indonesia saat ini. Ia bahkan merujuk pada sejarah Nabi Muhammad SAW yang pernah mengingatkan sahabat agar tidak memaksakan berangkat haji, sementara di sekelilingnya masih banyak umat yang kelaparan dan miskin. Esensi ibadah haji, kata dia, sebenarnya adalah ibadah "ghairu mahdoh", yakni ibadah yang lebih menekankan kepada hubungan sosial (hablun minannas), sehingga kuat dimensi sosial-kemanusiaannya. "Dengan demikian semangat beribadah haji mestinya dipahami sebagai wujud untuk mengekspresikan kesalihan sosial, selain untuk meningkatkan kesalihan individu (hablun minallah)," kata mantan Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Bogor itu. Tingkatkan kepedulian Sementara itu Walikota Bogor Diani Budiarto mengatakan, tema yang diangkat dalam Hari Jadi Bogor ke-526 adalah "Bogor Malire", dan tema itu dipilih bukan tanpa maksud, karena tema itu sebetulnya untuk mengajak meningkatkan kepedulian terhadap nasib masyarakat yang kurang beruntung. "Dan sekaligus kepedulian terhadap masa depan Kota Bogor sebagai kota tempat menjalani kehidupan sehari-hari," katanya. Ia mengakui masih banyak warga Kota Bogor yang hidup dalam kemiskinan, bahkan jumlah penduduk miskin di Kota Bogor saat ini masih sekitar seperempat dari jumlah total penduduk Kota Bogor.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008