Jakarta (ANTARA News) - Hasil Survei yang dilakukan Setara Institute terhadap kalangan generasi muda di wilayah Jabodetak menempatkan dua tokoh nasional yakni Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri, sebagai tokoh yang memiliki komitmen kebangsaan yang kuat. Dalam peluncuran hasil survei yang disampaikan Wakil Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos di Jakarta, Rabu, Yudhoyono didukung 23 persen responden dan Megawati 18 persen. Tokoh nasional lain yang dianggap responden memiliki komitmen kebangsaan yang kuat antara lain Amien Rais (11 persen), Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Abdurrahman Wahid (delapan persen), Hidayat Nur Wahid (tujuh persen), serta Wiranto dan Sutoyoso (enam persen). Terhadap sejumlah tokoh tersebut, Yudhoyono masih disukai oleh 21 persen responden, menyusul Megawati (19 persen), Sri Sultan HB X (11 persen), Hidayat Nurwahid (10 persen), Amien Rais (delapan persen), Sutiyoso (enam persen) serta Wiranto dan Abdurrahman Wahid (lima persen). Menyangkut masalah perhatian calon presiden terhadap HAM, sebanyak 76 persen responden menginginkan kandidat presiden mendatang hendaknya memiliki perhatian terhadap HAM, sebanyak 21 persen responden menyatakan faktor HAM tidak menjadi variabel yang dipertimbangkan untuk memilih calon, dan sebanyak tiga persen menyatakan tidak tahu. Survei Setara Institute yang dilakukan pada 6 hingga 30 Mei 2008 itu mengambil sampel penelitian sebanyak 800 orang yang terdiri atas kaum muda berusia 17-22 tahun, yang dilaksanakan di lima kotamadya DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Tangerang, dan Kota Bekasi. Tingkat kesalahan dalam survei tersebut sebesar plus minus 3,5 persen. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan panduan wawancara terstruktur. Dalam kesempatan itu, Bonar Tigor mengatakan salah satu kesimpulan yang bisa diambil dari hasil survei tersebut antara lain adalah bahwa konflik dan kekerasan yang bernuansa agama dipahami oleh kaum muda sebagai sesuatu yang bukan disebabkan oleh faktor kebencian antarumat beragama atau karena persaingan ekonomi umat, melainkan karena dipicu oleh provokasi pihak-pihak tertentu. Selain itu, katanya, dari survei itu diketahui bahwa kalangan muda tidak membenarkan atau menerima konflik dan kekerasan atas nama agama. Sementara itu, usai peluncuran hasil survei tersebut, dilakukan diskusi yang membahas hasil survei dengan pembicara Sekjen PDIP Pramono Anung, guru besar UIN Prof Dr Musdah Mulia, dan Direktur Eksekutif LEAD Institute Arya Bima Sugiarto.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008