Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah tokoh ormas Islam membesuk Ketua Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq yang kini ditahan di Rutan Narkoba Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat. Mereka antara lain adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH A Cholil Ridwan, Pengasuh Pondok Pesantren As Syafiiyah KH Abdul Rasyid, Ketua Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia, Ahmad Sumargono dan Ketua Hizbut Thahir Indonesia, Ismail Susanto. Kedatangan para tokoh yang merupakan aktivis Forum Umat Islam (FUI) ini berurutan dengan kedatangan anggota DPR dari Partai Bulan Bintang Ali Mochtar Ngabalin untuk maksud yang sama. Ali datang lebih dulu ke Rutan Narkoba dan begitu keluar ia berjumpa dengan rombongan para tokoh ini. Ali pun menunda balik pulang dan bergabung dengan rombongan tokoh ormas Islam itu. Kedatangan mereka juga diiringi dari puluhan massa dari berbagai elemen. Massa ini tidak ikut masuk ke dalam Rutan Narkoba dan hanya menunggu di luar pintu gerbang. Mereka sempat meneriakkan takbir "Allahu Akbar" beberapa kali saat datang maupun pulang. Setelah menjenguk Rizieq, Rasyid mengatakan kedatangan mereka telah diterima baik oleh Rizieq. "Habib mengharapkan agar polisi bersikap adil," katanya. Maksud adil adalah agar polisi juga memeriksa massa dari Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) dan tidak hanya memeriksa dari kalangan FPI. "Habib menerima kondisi ini (ditahan)," katanya. Rasyid mengatakan Habib juga mengharapkan Pemerintah segera membubarkan Ahmadiyah sebab telah sesat dan menyesatkan. Ketua MUI KH A Cholil Ridwan juga berharap polisi juga memeriksa kalangan AKKBB. "AKKBB punya banyak tokoh besar. Namun mereka harus dipanggil polisi juga demi keadilan," katanya. Ridwan menegaskan, akar dari masalah ini adalah lambannya Pemerintah untuk membubarkan Ahmadiyah. "Kita minta agar pembubaran itu tidak hanya dengan SKB (Surat Keputusan Bersama) tetapi dengan Keppres (Keputusan Presiden," ujarnya. Habib Rizieq dan enam anggota FPI lainnya ditahan setelah menjadi tersangka kasus kekerasan terhadap massa AKKBB di Monas, 1 Juni 2008.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008