Jakarta, (ANTARA News) - Artis Chintami Atmanagara (46) ternyata semasa kecil kerap ke pasar tradisional nan kumuh seperti di Pasar Kramatjati dan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Hingga kini, Tami - panggilan akrabnya masih sering berbelanja di pasar tradisional di kawasan Kebayoran Baru, tak jauh dari tempat tinggal mewahnya di bilangan Permata Hijau, Simprug, Jakarta Selatan. Kecintaannya pada pasar tradisional membawa ibu Dio Alif (18) itu menjadi salah seorang juri Festival Pasar Tradisional 2008 untuk memilih Pasar Tradisional Terbaik. Dalam surat elektronik yang diterima Antara di Jakarta, Minggu, menyebutkan bahwa Tami bersama kriminolog dari UI Erlangga Masdiana dan sejumlah pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sedang memilih pasar tradisional terbaik dalam rangka memperingati HUT Kota Jakarta dan HUT RI. Pasar tradisional terbaik bakal meraih Piala Gubernur DKI Jakarta. Festival pasar itu terselenggara atas kerja sama Perusahaan Daerah Pasar Jaya dan sebuah harian ibukota. Perusahaan Daerah Pasar Jaya saat ini mengelola 151 pasar yang tersebar di enam wilayah DKI Jakartai yakni Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu. Tami mengajak masyarakat untuk kembali berbelanja di pasar tradisional bukan ke "supermarket" yang makin menjamur di kota-kota besar. Penilaian pasar terbaik meliputi kebersihan, keindahan, dan keamanan. Dalam menilai, Tami dan juri lain mendatangi pasar-pasar, berbelanja, berdialog dengan pedagang dan pengelola pasar. Meskipun senang berbelanja di pasar tradisional, adik aktris Minati Atmanagara itu bukan tak punya kritik atas keberadaan tempat jual beli itu. "Lampu redup di kios-kios ikan dan daging, ventilasi pengap, toilet kotor dan bau menyengat, parkir tak nyaman, dan aksi copet, membuat pengunjung enggan ke pasar tradisional," katanya. Kondisi seperti itu, katanya, harus diperbaiki agar masyarakat makin cinta berbelanja di pasar tradisional. Nah, pasar tradisional yang bakal menang tentu saja yang tak terkena kritik Tami itu.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008