New York (ANTARA News) - Perhatian media massa dan masyarakat Amerika Serikat semakin ramai tertuju kepada sosok yang akan dipilih Barrack Obama sebagai calon wakil presiden serta laju persaingannya dengan calon presiden dari Partai Republik, John McCain. Kendati Hillary dalam pidato undur dirinya dari calon presiden pada Sabtu mengatakan akan melakukan apa saja untuk memastikan langkah Obama sampai ke Gedung Putih, belum ada kepastian apakah ia akan maju menjadi calon wakil presiden dari Partai Demokrat. Baik media massa maupun kalangan lain, termasuk kubu Demokrat, sudah mulai berspekulasi tentang siapa akan dipilih Obama untuk mendampinginya kelak dalam pemilihan presiden Amerika Serikat pada 4 November mendatang. Calon lain, selain Hillary, yang cukup banyak disebut sebagai yang mungkin dilirik Obama adalah dua tokoh perempuan pendukung Obama selama ini, yaitu Gubernur Kansas Kathleen Sebelius dan Senator Claire McCaskill. Calon lain termasuk senator asal Connecticut Chris Dodd, senator asal Delaware Joe Biden, mantan senator dari North Carolina John Edwards serta Gubernur New Mexico Bill Richardson. Sementara itu, McCain disebut-sebut kemungkinan memilih Gubernur Florida Charlie Crist, Gubernur Minnesota Tim Pawlenty, Gubernur Alaska Sarah Palin, Gubernur Utah Jon Hutnsman, Gubernur South Carolina Mark Sanford atau mantan gubernur Massachusetts, yang juga bekas pesaingnya dalam persaingan calon presiden dari Partai Republik, Mitt Romney, sebagai calon wakil presiden. Dalam acara berbincang stasiun televisi CBS, direktur komunikasi kampanye Hillary --Howard Wolfson-- menegaskan bahwa Hillary tidak mengincar jabatan wakil presiden dan mantan ibu negara Amerika Serikat itu juga tidak berkampanye untuk kedudukan wakil presiden. Hillary, yang juga senator asal New York, pernah meminta pendukungnya tidak membesar-besarkan kemungkinan dia menjadi wakil presiden. Namun, berbagai kalangan melihat sikap tersebut merupakan hal biasa, yang dilakukan calon wakil presiden pada masa lalu, yang pada awalnya mengatakan tidak mengincar kursi wakil presiden, tapi pada akhirnya menerima jabatan tersebut ketika ditawari oleh calon presiden. Jika dilihat dari perolehan 18 juta suara, yang dikumpulkan Hillary dari pendukungnya di Partai Demokrat, terutama dari kalangan perempuan dan pekerja, dapat dimengerti jika ia dianggap calon sangat potensial untuk mendampingi Obama dalam pemilihan umum pada November itu. Soal calon wakil presiden, Obama menyatakan bahwa menentukan calon wakil presiden adalah keputusan sangat penting, yang harus diambilnya sebelum pemilihan umum pada 4 November. Hillary dan Obama telah mulai membangun jembatan di antara mereka setelah beberapa bulan kampanye terjebak dalam persaingan, yang mengarah ke perseteruan di antara kedua kubu dan pendukung mereka. Niat memperbaiki hubungan itu ditunjukkan dengan jelas oleh Hillary pada Sabtu saat ia menyatakan secara terbuka bahwa ia mengakhiri persaingan, yang berarti juga akhir dari upayanya mengukir sejarah untuk menjadi presiden perempuan pertama Amerika Serikat. Kepada pendukungnya, ia meminta bersatu mendukung Obama menghadapi John McCain pada November mendatang. "Saya akan berupaya keras memastikan Obama menjadi presiden kita berikutnya. Saya minta Anda semua bergabung dengan saya untuk memberikan dukungan kepada Obama seperti layaknya Anda mendukung saya selama ini," kata Hillary kepada sekitar 2.000 warga Amerika Serikat, yang memenuhi National Building Museum di Washington. Hillary, yang didampingi suaminya, mantan Presiden Bill Clinton, serta puteri semata wayang mereka, Chelsea, menjamin bahwa Obama dan dia memiliki nilai dan tujuan sama. "Saya mendukung dia dan memberikan dukungan penuh baginya. Kita akan mencetak sejarah bersama-sama," katanya. Jika menang dalam pemilihan umum pada November itu, Obama akan menjadi presiden kulit hitam pertama Amerika Serikat. Hillary menegaskan kepada pendukungnya bahwa sudah saatnya bagi kubunya dan kubu Obama menyingkirkan berbagai perbedaan dan lebih baik memusatkan upaya menang pemilihan presiden pada bulan November. "Selama ini, persaingan berlangsung sangat ketat, tapi Partai Demokrat adalah keluarga dan inilah saatnya untuk memperbaiki hubungan di antara kita," katanya. Persaingan Obama dengan John McCain tidak ringan Kendati banyak pihak memperkirakan Partai Demokrat menang dalam pemilihan umum itu, persaingan antara Obama --senator asal Illinois, yang pernah menghabiskan sebagian masa kecilnya di Indonesia-- dengan John McCain tidak dapat dikatakan ringan. Dari 50 negara bagian Amerika Serikat, McCain akan berupaya mempertahankan dukungan di 31 negara bagian, yang dikuasai Presiden Bush pada tahun 2004. Jika berhasil, ia kemungkinan keluar sebagai pemenang pemilihan umum itu, yaitu menjadi presiden berikutnya. Obama kemungkinan besar menang mudah di negara bagian "milik" Demokrat, seperti, Virgnia, Ohio, Florida, Colorado dan Nevada, tempat Partai Demokrat biasa menang. Namun, untuk bisa menang, ia harus bisa merebut suara mayoritas di satu atau beberapa negara bagian, yang selama ini dikuasai pendukung Partai Republik. Obama juga masih harus sedikit berjuang agar McCain tidak merebut kemenangan di beberapa negara bagian, yang dikuasai calon presiden sebelumnya dari Partai Demokrat, John Kerry, yaitu di New Hampshire, Pennsylvania, Oregon, Minnesota, Wisconsin dan Oregon. Kedua calon diperkirakan memusatkan upaya lebih terhadap setidak-tidaknya 15 negara bagian, yang selama ini persaingan antara pendukung Demokrat dan Republik tergolong sangat ketat. Baik kubu Demokrat maupun Republik pada Agustus nanti menyelenggarakan pertemuan akbar bagi pejabat partai untuk menyatakan secara resmi calon mereka, yang akan bertarung di pemilihan presiden pada November. Menjelang pertemuan tersebut, baik Obama maupun McCain diyakini sudah mulai memusatkan diri membangun strategi kampanye serta penggalangan suara menuju pemilihan presiden dan penggalangan dana kampanye. Gong perseteruan di antara kedua calon tersebut juga sudah mulai ditabuh, dengan McCain menggambarkan Obama sebagai sosok belum berpengalaman serta lebih banyak bicara daripada bekerja. Obama tidak mau kalah. Secara terus-menerus menyebut McCain sebagai sosok berniat memperpanjangan masa ketiga kali kepemimpinan Amerika Serikat bergaya Presiden George W Bush.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008