Jakarta (ANTARA News) - Lapindo Brantas Inc membantah hasil studi tim peneliti dari beberapa negara mengenai penyebab semburan lumpur panas di Sidoarjo, yang menyimpulkan bahwa semburan itu disebabkan oleh kegiatan pengeboran Lapindo. "Data-data yang digunakan oleh Richard Davies dan kawan-kawan dalam penelitiannya itu masih perlu diinterpretasikan oleh seseorang yang kompeten di bidangnya," kata Vice President External Lapindo Brantas Inc, Yuniwati Teryana kepada pers di Jakarta, Kamis. Pernyataan Yuniwati itu menanggapi hasil penelitian Richard Davies dari Durham University Inggris yang bersama Michael Manga dari University of California, Amerika Serikat. Mereka menulis tentang penyebab semburan lumpur panas di Sidoarjo dalam jurnal akademis bernama Earth Planetary Science and Letters, yang terbit pekan lalu. Bukan disebabkan gempa Yogyakarta! Davies menyimpulkan bahwa semburan lumpur panas bukan akibat gempa Yogyakarta, melainkan disebabkan oleh kegiatan pengeboran di sumur Banjarpanji-1 milik Lapindo Brantas Inc. Menurut Yuniwati, struktur data yang digunakan dalam kajian pakar asing itu keliru walaupun sumbernya sama sehingga hasil analisisnya akan keliru pula. "Berdasarkan hasil studi tim pakar independen, kekeliruan analisis terjadi karena data yang digunakan Davies dkk memang diambil dari struktur yang keliru," katanya. Yuniwati juga membantah klaim Davies bahwa data-data yang digunakan sudah dikonfirmasi kebenarannya kepada pihak Lapindo Brantas. "Kami belum mendapat konfirmasi seperti klaim Davies, sehingga sangat tidak adil jika dia mengatakan demikian," tambahnya. Sementara Staf Ahli Drilling Lapindo Brantas Inc, Edy Sutriono menjelaskan, dari data dan fakta resmi yang ada menunjukkan bahwa semburan lumpur panas bukan berasal dari aktivitas pemboran sumur Banjarpanji-1. Kesimpulan itu dikuatkan oleh studi tim pakar independen yang terdiri dari para ahli di bidang pengeboran, mekanika batuan, mud volcano maupun geologi, katanya. "Sehingga beberapa ahli yang menyimpulkan semburan berasal dari lobang bor adalah berdasarkan pada studi yang menggunakan data dan asumsi yang salah," kata Edy Sutriono. Ia mengatakan, sejak awal semburan lumpur panas itu bukan berasal dari lobang sumur Banjarpanji-1 maupun areal pengeboran Lapindo. "Itu berarti tidak ada undergound blowout (kebocoran di dalam sumur) karena faktanya lumpur memang keluar lewat rekahan bumi yang memang sudah ada di daerah tersebut," katanya. Ia menegaskan, pihak Lapindo siap untuk melakukan debat secara ilmiah dengan para pakar asing itu untuk membuktikan penyebab semburan lumpur panas di Sidoarjo itu. "Silahkan berdebat di forum ilmiah sehingga tidak menimbulkan persepsi yang keliru dan menyesatkan," katanya. Lumpur Lapindo bukan bencana alam! Tanpa selubung pemboran! Profesor Richard Davies menyebutkan bahwa lumpur Sidoarjo bukan bencana alam, melainkan terpicu oleh pengeboran di sumur Banjarpanji-1. Sementara pihak Lapindo menyebut lumpur muncul terpicu gempa Yogyakarta. Davies juga mengatakan, "Kami menunjukkan, sehari sebelumnya terjadi kick besar di sumur yang mengalirkan cairan dan gas ke sumur. Setelah itu tekanan meningkat sampai level kritis. Ini menyebabkan kebocoran sehingga cairan dari sumur dan formasi keluar ke permukaan, disebut underground blowout. Cairan ini membawa lumpur pada jalur itu, maka keluarlah lumpur itu." "Jika saat itu dipasang selubung (casing) di lubang pengeboran, akan ada kesempatan bagi pengebor untuk mengontrol tekanan tersebut," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008