Jakarta (ANTARA News) - Kenaikan harga saham berbasis komoditas membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, menguat berlawanan dengan gerak bursa regional. IHSG ditutup naik 34,223 poin atau 1,44 persen menjadi 2.409,008 dan indeks LQ45 terangkat 9,195 poin atau 1,84 persen ke level 508,438. "Naiknya harga minyak dunia telah mendorong naiknya harga komoditas tambang dan perkebunan, sehingga berpengaruh langsung pada harga saham sektor ini dan mendorong indeks BEI yang bergerak naik sendirian," kata Analis Riset PT Sinarmas Sekuritas, Alfiansyah, kepada ANTARA News di Jakarta, Kamis. Menurut Alfian, naiknya harga batubara, nikel, timah, minyak kelapa sawit (CPO) telah mendorong harga sahamnya, serta beberapa saham lainnya yang memiliki hubungan, seperti penjualan alat berat. "Tidak hanya saham berbasis komoditas, multiflier efeknya juga luas, seperti ke penjualan alat berat," ujarnya. Dia juga mengungkapkan, besarnya bobot saham tambang di BEI telah menahan sentimen negatif dari penurunan bursa regional yang kebanyakan turun akibat kekhawatiran tingginya inflasi yang disebabkan harga minyak. Beberapa bursa di kawasan Asia, seperti bursa Tokyo yang ditutup turun 300,73 poin menjadi 13.882,75, bursa Hongkong dengan indeks Hang Seng ditutup turun 303,74 poin ke posisi 23.023,85 dan bursa Singapura dengan indeks Straits Times turun 26,62 poiin ke level 3.020,14. Sentimen negatif dari bursa regional ini memang sempat membuat indeks BEI tertekan di awal perdagangan, namun di pertengahan sesi siang justru berbalik naik terdorong saham tambang dan perkebunan. Beberapa saham yang mengalami penguatan diantaranya Bumi Resources yang naik Rp500 menjadi Rp8.550, Bakrie Brothers menguat Rp10 ke level Rp530, Inco Indonesia terangkat Rp650 ke posisi Rp6.650, United Tractors menambah Rp650 ke Rp12.450, Bakrie Platations terdongkrak Rp120 ke harga Rp1.930 dan Aneka Tambang naik Rp250 menjadi Rp3.375. Naiknya saham-saham ini menarik saham lainnya, sehingga pergerakan saham naik mendominasi pasar sebanyak 102 dibanding yang turun 62, sedangkan 74 stagnan dan 229 efek tidak diperdagangkan. Volume perdagangan di pasar reguler mencapai 2,819 miliar saham dengan nilai Rp5,812 triliun dari 72.869 kali transaksi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008