Denpasar (ANTARA News) - Dari 65,08 kilometer terumbu karang yang terhampar di perairan Bali, sekitar 34,41 persennya telah rusak dan 27,38 persen lainnya sudah mati. Gubernur Bali Dewa Beratha dalam sambutan untuk pembukaan Monitoring Implementasi Program Peningkatan Produksi Perikanan di Sanur, Kamis, mengatakan, berbagai kerusakan terumbu karang tersebut, selain disebabkan oleh proses alam juga dampak dari praktik penangkapan ikan. "Kami bersama berbagai lapisan masyarakat dalam menyikapi hal itu melakukan rehabilitasi dan memperbaiki pengelolaan yang dilakukan sejak tahun 1990," ujar Gubernur Beratha. Bali memiliki ekosisten laut lainnya berupa hutan bakau seluas 3.005 hektar yang mampu berfungsi dengan baik untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan di laut serta mencegah kerusakan pantai. Selain itu sumber pakan alami yang sangat potensial, daerah perlindungan biota planktonik, larva dan benih ikan. Gubernur Beratha menjelaskan, daerahnya juga memiliki potensi lestari sumberdaya ikan di laut teritorial dan alokasi yang diberikan di ZEEI sebesar 147.278 ton pertahun. Dari potensi tersebut baru dimanfaatkan 106.211 ton atau 72,1 persen pada tahun 2007. Potensi perikanan budidaya laut seluas 1.551 hektar, namun baru dimanfaatkan 418,5 hektar untuk pengembangan rumput laut, kerapu dan kerang mutiara. Selain itu juga lahan potensial untuk budidaya tambak seluas 1.667 hektar, namun baru dimanfaatkan untuk pengembangan udang, bandeng dan kerapu seluas 488 hektar, ujar Gubernur Beratha. Rapat monitoring tersebut dihadiri Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan Dr Ir Made L Nurdjana, Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang ekonomi Setwapres Dr Tirta Hidayat.(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008