Jakarta (ANTARA News) - Tiga maestro tari Indonesia yakni Kartini, I Made Jimat, dan Lantip Kuswala Daya, akan tampil dalam pertunjukan bersama bertajuk "The Mask by The Maestro" di Jakarta, 1 Agustus mendatang yang diselenggarakan sebagai upaya melestarikan tiga seni tari tradisi yang hampir punah. "Pementasan ini diselenggarakan sebagai bagian dari peringatan 10 Tahun Bimasena Society dan sebuah upaya kami untuk melestarikan seni budaya Indonesia," kata Managing Director Assistant Bimasena Society, Tini Hadju-Malayu di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan tiga maestro tari tersebut masing-masing Kartini maestro "Tari Topeng Kedok Tiga Betawi", Lantip Kuswala Daya maestro Wayang Topeng Yogyakarta "Gandrung Klana Sewandana", dan I Made Djimat maestro tari "Topeng Pajegan". Ketiga jenis tarian itu kini hampir punah karena hampir tidak ada proses regenerasi dan kurangnya minat generasi penerus akan seni tradisi leluhur. "Salah satu program sosial kami adalah untuk membantu menggiatkan kembali kesenian tradisi Indonesia melalui serangkaian pertunjukan seperti pagelaran tari kali ini. Tujuannya adalah untuk membantu masyarakat seniman dan melestarikan seni budaya tradisi yang nantinya akan kita wariskan pada anak cucu," katanya. Tini menjelaskan Kartini adalah generasi ketiga dari Mak Kinang, yakni penari yang memelopori lahirnya Tari Kedok Tiga, sedangkan Lantip adalah salah satu penari Topeng Kelana terbaik di Yogyakarta. Selain sebagai penari, Lantip juga penggerak kesenian tradisional dan klasik di Yogyakarta. I Made Djimat, lanjutnya, merupakan putra maestro tari Bali Ni Ketut Cenik yang mengikuti jalur yang ditekuni keluarganya dan merupakan maestro teri topeng Bali yang tersohor di berbagai pentas-pentas seni pertunjukan bergengsi di dunia. Kartini mengatakan Tari Topeng Kedok Tiga Betawi saat ini semakin jarang dipentaskan karena makin sedikit pengundangnya. "Sekarang ini Tari Kedok mulai jarang tampil karena tidak ada penanggap (pengundang), pada tahun 1980 sampai 1990an sebenarnya masih banyak yang tampil itupun kalau ada hajatan pernikahan atau khitanan," kata Kartini. Seniman tari Deddy Luthan yang juga menjadi Penasehat Artistik dalam pementasan ini mengatakan tari topeng saat ini dalam masa titik rawan dan hampir mengalami kepunahan karena berbagai sebab. "Diantaranya karena anak-anak muda membawakan tari tradisi tanpa mengetahui sejarah dan keinginan untuk melestarikan. Kecenderungan anak-anak muda sekarang hanya ingin mampu menguasai berbagai jenis tarian tanpa rasa memiliki seperti halnya seniman tari pada masa lampau," katanya. Pertunjukan akan berlangsung di Grand Ballroom The Dharmawangsa Hotel mulai pukul 19.30 WIB. Acara ini merupakan hasil kerjasama Bimasena Society dengan Gelar Nusantara. Tiket pertunjukan adalah Rp750 ribu dan satu juta rupiah sudah termasuk makan malam bersama dengan beragam makanan dan minuman khas Betawi, Bali, dan Yogyakarta. Tini mengatakan Bimasena Society merupakan perkumpulan masyarakat pertambangan dan energi yang ada di Indonesia. Anggota perkumpulan ini adalah perusahaan-perusahaan pertambangan dan minyak, serta sejumlah perusahaan yang terkait dengan pertambangan dan minyak seperti perusahaan perbankan, perusahaan asuransi, dan perusahaan di bidang infrastruktur. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008