Bandarlampung (ANTARA News) - Kemenangan pasangan calon gubernur dan wagub Jawa Tengah yang diusung PDIP, Bibit Waluyo-Rustriningsih dalam pilkada di Jateng, Minggu, menurut pengamat politik dari FISIP Universitas Lampung (Unila), Drs Syarief Makhya MPP, membuktikan bahwa mesin partai masih efektif. "Fenomena kemenangan calon kepala daerah dari PDIP di Jateng itu, membuktikan bahwa mesin partai bisa efektif," kata dosen yang juga Pembantu Dekan I FISIP Unila, di Bandarlampung, Lampung. Namun Syarief mengingatkan, kemenangan calon dari PDIP di Jateng itu, tidak bisa begitu saja digeneralisasi sehingga kemudian memastikan bahwa calon gubernur dan wagub Lampung yang dijagokan PDIP akan memenangkan pemilu gubernur (pilgub) Lampung pada 3 September 2008 mendatang. Menurut dia, hasil pilkada di suatu daerah merupakan kasus politik yang tidak bisa digeneralisasi atau disamaratakan untuk daerah lain, mengingat karakteristik infrastruktur politik dan sosialnya yang sangat berbeda. "Jateng berbeda dengan di Lampung yang lebih condong jaringan sosial dan figur akan lebih dominan ketimbang mesin partai, kecuali bagi pasangan yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera yang mesin partainya lebih efektif dibandingkan partai lain di sini," ujar dia lagi. Dia tidak menampik kemungkinan dari para calon kepala daerah di Lampung yang diusung sejumlah parpol besar dan koalisi parpol termasuk calon perseorangan itu, pertarungan sebenarnya akan berlangsung antara calon yang dimajukan PDIP dan calon dari PKS. "Bahkan mungkin pertarungan meraih dukungan calon dari PDIP dan PKS itu akan berlangsung cukup ketat satu sama lain, di samping calon yang lainnya," kata dia lagi. Syarief menilai, calon gubernur dari PDIP di Lampung akan mengandalkan figur dan ketokohan atau jabatan sebelumnya dengan dukungan jaringan sosial yang dimiliki kendati dijagokan oleh PDIP tidak akan mengandalkan mesin partainya, sedangkan calon dari PKS akan lebih banyak mengandalkan mesin partai yang dinilai lebih efektif untuk bekerja sampai ke bawah. "Saya kira realitas politiknya akan seperti itu, untuk sementara ini," kata dia pula. Kendati begitu Syarief juga tidak menihilkan pula adanya faktor lain yang bisa dipertimbangkan, seperti sosialisasi calon di Lampung yang dinilai umumnya tidak merata dan fenomena para calon itu, diantaranya yang "menabur" berbagai jenis bantuan dana secara luas biasa, akan ikut mempengaruhi pilihan masyarakat. Walaupun demikian, dia tetap memprediksikan pilgub di Lampung itu tidak akan selesai dalam satu putaran, dengan kemungkinan pada putaran pertama belum ada pasangan calon yang bisa meraih suara hingga 30 persen. "Benar, berpeluang dalam dua putaran yang menjadi sangat terbuka, karena masing-masing kandidat memiliki potensi suara yang relatif merata," ujar dia pula. Figur calon di Lampung, menurut Syarief, juga nyaris tidak ada yang menjadi idola publik, dan ditambah faktor jumlah calon yang kemungkinan besar lebih dari lima pasangan, sehingga kemungkinan penyelenggaraan pilkada Lampung dalam dua putaran akan semakin besar.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008