Seoul, (ANTARA News)- Dua orang dari satu keluarga Korea Utara (Korut) membelot ke Korea Selatan dengan menggunakan sebuah kapal kecil yang merupakan kali keenam kasus seperti itu dalam bulan ini, kata para pejabat, Kamis. Alasan-alasan bagi peningkatan jumlah para pembangkang yang diberitakan kantor berita Yonhap itu tidak diberikan, meski Korut kini menghadapi kekurangan pangan. "Dua warga Korut dari satu keluarga membelot ke Korsel melalui Laut Timur (Laut Jepang) Rabu pagi,dengan menggunakan sebuah kapal kecil," kata seorang jurubicara Badan Intelijen Nasional kepada AFP. "Mereka sedang diperiksa oleh satu tim gabungan para penyelidik pemerintah," katanya tanpa menjelaskan lebih jauh. Yonhap, yang mengutip para pejabat pemerintah yang tidak disebut jati diri mereka , mengatakan kedua orang itu adalah seorang nelayan berusia 60 tahun dan putranya. Ini adalah pembelotan keenam melalui laut pada bulan ini saja, kata mereka. Dalam empat dari enam kasus itu para pembelot menggunakan kapal-kapal kecil bermesin , yang membawa komoditi berharga di Korut, kata Yonhap. Korut mengawasi perbatasan laut lebih ketat, katanya. Jumlah warga Korut yang melarikan diri tampak meningkat akibat kelaparan dan kemiskinan di negara mereka. Sejumlah kecil menggunakan kapal tetapi sebagian besar melalui jalan darat ke China tetangganya. Mereka berisiko terkena pemulangan paksa jika tertangkap di negara itu dan sering pergi ke negara-negara Asia Tenggara dengan harapan nantinya dapat bermukim di Korsel atau di Barat. Di Thailand, 15 pengungsi seperti itu termasuk dua anak-anak menyerahkan diri mereka kepada polisi, kata para perwira, Rabu. Mereka dituduh memasuki negara itu secara tidak sah, tetapi sebagian besar warga Korut yang tiba di kerajaan itu diizinkan terbang ke Korsel. Satu kelompok sosial Korsel melaporkan kematian yang meluas akibat kelaparan di Korut walaupun badan-badan lainnya mengatakan mereka tidak dapat mengkonfirmasikan kematian massal itu. Kelompok Good Friends pekan ini mencatat 16 kota atau daerah dilanda kelaparan yang menurutnya rata-rata dua sampai empat orang meninggal akibat kelaparan setiap hari. AS menjanjikan bantuan 500.000 ton pangan dan Program Pangan Dunia berusaha meminta izin untuk memperluas tugasnya. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008