Yogyakarta (ANTARA News) - Nama Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan HB X memang ramai disebut dalam bursa calon alternatif pimpinan nasional, tetapi hingga kini masih sulit membaca posisi ideal karena Raja Keraton Yogyakarta itu cenderung `low profile`. "Saat ini cukup sulit menakar kemampuan Sultan HB X dan membaca posisi yang tepat, karena beliau cenderung `low profile` dan belum mau mengumbar kemampuannya di depan publik," kata Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Budiyanto, Sabtu. Ia mengatakan, meskipun saat ini masyarakat DIY sudah mengenal bagaimana cara Sultan memimpin daerah ini, tetapi secara nasional Sultan HB X belum secara langsung menunjukan diri sebagai calon yang akan maju dalam Pilpres. "Dalam beberapa kesempatan Sultan selalu menjawab merendah setiap ditanya peluangnya sebagai capres atau cawapres dan beliau dengan jujur mengatakan belum mencalonkan diri termasuk merespona `pinangan` partai besar yang ingin merangkulnya," katanya. Ia mengatakan, jika dilihat dari peta politik memang peluang Sultan untuk duduk di pucuk pimpinan nasional masih kecil karena selama ini belum banyak berkiprah dalam percaturan politik nasional. "Jika tidak ada kejadian luar biasa, nampaknya masih sulit Sultan dapat menduduki posisi RI satu, jikapun muncul di kancah nasional posisi yang dapat dipegang RI dua karena pilpres mendatang masih akan didominasi lima kandidat yang saat ini mulai aktif kampanye," katanya. Ia menambahkan, selama ini Sultan HB X dikenal masyarakat Yogyakarta sebagai pemimpin yang mampu menyatukan dan menjadi pengayom masyarakat. "Harapannya jika Sultan berhasil menduduki pucuk pimpinan nasional maka tetap dapat menyatukan dan mengayomi seluruh negeri, serta meninggalkan gaya kepemimpinan feodalisme karena yang beliau juga merupakan raja Kraton Yogyakarta," katanya.

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008